Aku mengerjap beberapa kali ketika secerca cahaya menembus kelopak mataku yang sedang terpejam melalui jendela kamar di samping ranjang tempatku berbaring.Jam weker di atas nakas yang berbunyi tepat menunjukkan pukul enam pagi membuatku bergegas bangun dan langsung merapikan tempat tidur.
Meski rasa kantuk masih menguasai karena semalam sempat begadang menemani ketiga sahabatku video call-an sambil memilih pakaian, aku tetap memaksakan diri untuk segera mandi agar tidak terlambat datang ke acara perpisahan sekolah hari ini.
Karena acara perpisahan sekolah adalah agenda resmi, pakaian yang harus digunakan pun sudah ditentukan yakni untuk perempuan harus memakai kebaya dan laki-laki memakai batik.
Itulah sebabnya mengapa penampilanku terlihat sangat aneh di depan cermin saat mengenakan kebaya berwarna merah pemberian mama. Seperti tidak cocok untukku yang sehari-harinya lebih suka menggunakan celana jeans dan baju kaos.
Setelah tiga puluh menit waktuku terbuang untuk bersiap-siap, akhirnya aku keluar dari kamar sambil menyampirkan sling bag di bahu.
Di ruang tamu aku bertemu mama yang sedang asyik menyeruput teh hangatnya. "Kok masih belum siap, Ma?" tanyaku.
"Wah Dara, kamu cantik sekali." Bukannya menjawab pertanyaanku, Mama justru melemparkan pujian. "Coba tiap hari kamu dandan kayak gini, pasti lebih kelihatan feminim."
"Enggak! Ini aja aku kelihatan kayak badut pake bedak tebel," ujarku.
Sebenarnya aku ingin tampil biasa saja tanpa riasan make up. Tapi, saat tengah bersiap tadi mama tiba-tiba masuk ke kamar lalu mendandaniku seperti waria yang akan mangkal di malam hari.
"Mana ada kayak badut, anak mama cantik kok ini." Mama masih memuji.
"Daripada muji aku terus, mending mama siap-siap sekarang atau kita bakal telat ke sekolah," kataku.
Karena acara perpisahan ini mengharuskan membawa orangtua, jadilah aku mengajak mama yang memang selalu menjadi waliku setiap kali ada acara di sekolah.
"Iya, ini mama mau siap-siap kok. Lagian acaranya masih sejam lagi, kamu sabaran dikit dong," kata mama kemudian berlalu memasuki kamarnya.
Jam memang masih menunjukkan pukul setengah delapan, sementara acara di sekolah akan dimulai pukul sembilan. Tapi, semua tamu undangan diminta sudah berkumpul setengah jam sebelum acara dimulai.
Karena mamaku bukan termasuk ibu-ibu rempong yang lama berdandan, tiga puluh menit kemudian ia pun sudah selesai bersiap dan kami melenggang ke sekolah saat itu juga.
Saat tiba di sekolah, kondisi parkiran sudah cukup ramai oleh kendaraan. Sementara di depan pintu masuk pekarangan sekolah ada sebuah meja yang dijaga oleh dua siswi dari kelas sebelas. Setiap tamu undangan yang datang harus melakukan registrasi terlebih dahulu di meja tersebut dengan cara membubuhkan tanda tangan sebelum masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...