BAB 69 || DISANGKA PACARAN

14 3 0
                                    

Sejak gosip tentang kedekatanku dan Arvin beredar satu sekolah, mulai dari kelas sepuluh sampai dua belas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak gosip tentang kedekatanku dan Arvin beredar satu sekolah, mulai dari kelas sepuluh sampai dua belas. Bukannya menjaga jarak, seperti yang terjadi di beberapa novel yang pernah aku baca agar gosip itu tidak semakin melebar, aku dan Arvin justru semakin dekat dan banyak menghabiskan waktu bersama.

Misalnya saja kami semakin sering pulang pergi ke sekolah bahkan yang awalnya tidak pernah makan di kantin berdua, beberapa hari ini Arvin sering datang menghampiriku di kantin.

Tentu saja semua itu bukan keinginanku, tapi sengaja dilakukan oleh Arvin. Katanya, jika semua orang membicarakan tentang kita namun hal itu tidak benar, agar tidak timbul fitnah maka cara mengatasinya adalah dengan melakukan seperti apa yang orang-orang itu pikirkan.

Aku tahu pemikiran Arvin tersebut sangat konyol, tapi lebih konyol diriku karena mau mengikuti segala perkataannya.

Setelah tiga hari berlalu, kembali di hari Jumat ini aku berangkat ke sekolah bersama Arvin. Cowok itu yang memaksa untuk menjemput dan melarang aku menggunakan motor sendiri seperti dua hari sebelumnya.

Tidak sampai di situ, Arvin juga merepotkan dirinya dengan mengantarku hingga di kelas. Padahal jelas-jelas letak kelasnya lebih dulu dari kelasku.

"Kalo gue bilang Lo gak harus anterin gue sampai ke kelas, artinya Lo gak usah repot-repot lakuin ini Arvin." Entah sudah berapa kali aku mengatakan hal itu, tapi tetap saja Arvin menulikan telinganya.

"Kalo gue bilang Lo sebaiknya diam, berarti diam aja, oke?" balasan Arvin membuatku mendengus.

Di sepanjang koridor yang aku lakukan bersama Arvin adalah berdebat. Hal itu mungkin menarik perhatian semua orang, tapi kami hanya fokus pada diri kami sendiri.

Keceriaan dan tawa karena menyaksikan kekonyolan Arvin tiba-tiba saja lenyap ketika kami tiba di depan kelas IPA 3. Bahkan aku sampai kehilangan tenaga untuk melanjutkan langkah saat mendapati pemandangan tak biasa di hadapanku.

Arvin turut berhenti. Kemudian ikut melihat ke depan sesuai arah pandangku. Di mana di salah bangku depan kelas sudah diisi oleh dua orang yang terlihat sedang berdiskusi.

Sang ceweklah yang pertama kali menyadari kehadiran kami. "Hai, Dara, Arvin?" Kening Alma mengkerut saat menyebutkan nama Arvin.

"Hai, Alma," sapa Arvin sambil melambaikan tangannya.

Saat Alma berdiri untuk menghampiri kami, Astha juga ikut dan berdiri di samping Alma.

"Kelas Lo bukannya di IPS, kok bisa di sini?" Pertanyaan Alma tersebut masih ditujukan kepada Arvin.

Tanpa disangka, tangan Arvin terangkat ke atas kepalaku kemudian memberi usapan lembut di sana. "Iya, gue sengaja nganterin Dara. Takut dia hilang karna tersesat di jalan," jawab Arvin dengan candaan. Tapi, sayangnya hal itu tidak terdengar lucu olehku.

"Oh?" Wajah Alma sangat jelas terkejut. "Jadi, gosip tentang kalian pacaran itu benar?"

"Itu, gak …."

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang