BAB 84 || PERUBAHAN SIKAP

18 4 0
                                    

Tanpa terasa dua Minggu sudah berlalu mengakhiri waktu libur anak sekolahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tanpa terasa dua Minggu sudah berlalu mengakhiri waktu libur anak sekolahan. Padahal, rasanya baru kemarin aku menghadapi ujian akhir tengah semester, baru menikmati istirahat full di rumah, tapi hari ini sudah harus kembali ke sekolah.

Tidak ada yang berubah dengan rutinitas di hari Senin. Kami tetap harus mengikuti upacara bendera sambil mendengarkan pidato yang disampaikan oleh kepala SMA Harapan Bangsa.

Penyampaian kepala sekolah kali ini sudah menyinggung masalah ujian nasional yang akan dilaksanakan oleh anak-anak kelas dua belas kurang lebih tiga bulan lagi.

Tidak lupa kepala sekolah juga memperingatkan agar siswa-siswinya menggunakan waktu yang tersisa di bulan Januari ini untuk belajar dengan baik, sebelum mulai mendapatkan bimbingan belajar selama tiga puluh hari di bulan februari mendatang.

Pidato kepala sekolah kali ini cukup panjang karena begitu banyak penyampaian. Tapi, untung saja pagi-pagi sekali terjadi hujan sehingga langit sedikit mendung dan matahari masih bersembunyi di balik awan sehingga sinarnya tidak begitu menyorot.

Meski libur akhir semester ganjil cukup lama, yaitu dua Minggu. Rutinitasku saat kembali ke sekolah sama sekali tidak ada yang berubah. Aku masih mengikuti pembelajaran walau kadang materinya tidak sampai ke dalam otak dan masih mengerjakan tugas walau jawabannya hasil contekan.

Akibat pidato kepala sekolah yang terlalu panjang, jam pelajaran pertama menjadi terpotong, otomatis jam belajar menjadi lebih cepat berakhir karena bel istirahat selalu berbunyi tepat waktu.

Seperti biasa, ritual yang tidak boleh dilewatkan saat bel istirahat berbunyi adalah pergi ke kantin.

"Akhirnya, waktu yang gue tunggu-tunggu datang juga. Kuy bestie, kita ke kantin. Perut gue udah meronta-ronta minta asupan makanan, nih." Agatha tidak mau membuang-buang waktu hanya untuk merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja. Ia seperti sudah tidak sabar untuk pergi ke kantin.

"Kayaknya ada yang gak sabar buat makan bakso, nih." Berbeda dengan Agatha, Melia masih menyempatkan waktu untuk menyimpan buku-bukunya ke dalam laci.

Agatha memberikan jempol atas tebakan Melia. "Tumben pikiran Lo nangkapnya cepat. Bener pula."

"Hehe." Melia menyengir. "Libur kemarin sempat diservis ulang. Jadi, sekarang masih normal, belum error."

"Itu otak atau mesin motor," celetuk Deva sambil terkekeh.

"Entar aja bahas mesin motornya. Karna yang lebih penting sekarang adalah ngasih makan cacing-cacing di perut." Agatha berdiri lebih dulu disusul Melia kemudian.

"Ra, udahan dulu nulisnya. Itu Agatha sama Melia udah keluar, nanti kita ditinggal." Deva berdiri, sebelum menyusul Agatha dan Melia yang sudah keluar kelas, ia lebih dulu mengajakku.

"Hari ini kalian bertiga aja yah yang pergi, gue mau di kelas dulu." Akibat kelamaan berdiri saat upacara tadi, tenagaku seperti berkurang banyak yang menyebabkanku malah bergerak. Terlebih untuk berdiri dan berjalan ke kantin.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang