BAB 46 || MENULIS NOVEL

15 5 0
                                    

Siang hari dengan cuaca panas adalah saat terbaik untuk tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siang hari dengan cuaca panas adalah saat terbaik untuk tidur. Biasanya aku sering melakukan itu, tapi hari ini pengecualian karena sekarang aku sedang berada di dalam perjalanan menuju suatu tempat.

Setelah tempat tujuanku terlihat di depan mata, aku segera membelokkan motor dan langsung mencari tempat parkir.

Cuaca panas membuatku tidak berlama-lama di luar dan segera berjalan menuju teras. Saat hendak menarik pintu terbuka, dari dalam lebih dulu muncul dua orang yang salah satunya menabrakku dengan begitu kencang sampai aku terdorong dua langkah ke belakang.

Hantaman yang begitu keras membuatku mengadu kesakitan. Rasanya seperti bukan bertabrakan dengan manusia, tapi ditimpa benda berat.

"Eh, sorry. Gue gak sengaja."

Aku mendongak untuk melihat orang yang sedang berdiri di hadapanku. Rupanya dia adalah seorang cowok.

"Bahu Lo pasti sakit banget, yah?" tanyanya dengan raut wajah yang nampak khawatir.

Aku melepaskan tangan dari bahu kiriku yang tadi ditabraknya. "Enggak kok, gak pa-pa. Cuma sakit sedikit."

"Beneran sedikit? Lo sampai mundur tadi, berarti tabrakannya kenceng." Cowok yang satunya maju mensejajarkan posisi dengan temannya.

Ditatap intens oleh dua orang asing membuatku tidak nyaman. "I-iya beneran. Agak ngilu sih, tapi paling bentar lagi enakan." Sebelum mereka bicara lagi, aku segera berpamitan untuk masuk. "Permisi, yah."

Aku berjalan melewati mereka sambil menunduk. Salah satunya memanggil, tapi aku tidak berhenti apalagi berbalik. Saat sudah tiba di dalam kafe, aku menoleh dan melihat kedua orang itu sudah pergi.

Diam-diam aku menghela napas lega sebelum kembali dibuat meringis saat merasakan bahuku yang sangat sakit. Aku memang berbohong kepada dua orang tadi dengan mengatakan bahwa sakitnya biasa saja. Lagipula mereka tidak akan bisa melakukan apapun jika aku mengatakan yang sebenarnya.

"Dara."

"Ya?"

Aku segera membalikkan badan saat mendengar seseorang memanggil namaku. Ternyata pelakunya tak lain adalah Arya.

"Gue pikir salah ngenalin orang." Lalu Arya memanjangkan leher melihat ke belakang. "Sahabat-sahabat Lo mana?" tanyanya saat tidak menemukan siapapun.

"Mereka gak ikut. Gue cuma datang sendiri." Aku berjalan untuk menyingkir dari depan pintu sebelum mendapat teguran karena menghalangi jalan.

Arya mengikutiku sampai tiba di satu meja yang kosong. "Lo ada janji sama orang lain atau gimana?" Ketika aku duduk, Arya juga menduduki kursi di hadapanku.

Aku mengedikkan bahu. "Terkadang gue butuh waktu untuk sendiri. Gak melulu harus sama bestie."

Arya diam beberapa detik sebelum kembali berdiri. "Kalo gitu biar gue buatin sesuatu untuk nemenin waktu sendiri Lo, gimana?"

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang