BAB 80 || MERASA BERSALAH

23 4 0
                                    

Kondisi langit perlahan menggelap terlihat dari celah jendela kecil di sudut kanan dan kiri tenda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kondisi langit perlahan menggelap terlihat dari celah jendela kecil di sudut kanan dan kiri tenda. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, tapi aku sama sekali tidak mengkhawatirkan hal itu, karena pikiranku sudah lebih dulu dipenuhi oleh hal lain.

Sesuatu yang cukup mengganggu hingga memaksaku untuk tetap terjaga di jam setengah tiga pagi, disaat semua orang sudah terlelap dan mungkin sedang bermimpi indah.

"Dara, Lo kebangun atau belum tidur?" tanya Deva dengan wajah sayu khas orang mengantuk. Mungkin karena tadi ia sudah tertidur tetapi kembali terbangun.

"Gue susah tidur," jawabku jujur.

"Astaga." Deva bangun dari posisi berbaringnya kemudian duduk berhadapan denganku. Selimut yang tadi membungkus tubuhnya kini sudah ia singkirkan ke samping.

Tempat tidurku berada di sisi paling pinggir. Karena sejak tadi susah untuk tidur, akhirnya aku memilih duduk di pojok tenda sambil menghadap ke arah Deva, Agatha, dan Kiki yang tidur satu tenda denganku.

"Kok bisa susah tidur. Apa gara-gara banyak nyamuk atau karna Lo kedinginan?" Karena tidak ingin mengganggu tidur Agatha dan Kiki yang terlihat nyenyak, maka Deva berbicara dengan suara pelan.

"Bukan itu." Aku merapatkan selimut untuk menghalau dingin saat angin tiba-tiba berhembus dan berhasil menyelinap ke dalam tenda.

Deva juga melakukan hal yang sama. Selimut yang tadi ia singkirkan kembali diambil lalu dipasang untuk menutupi bagian bahu turun sampai kakinya. "Terus kenapa Lo begadang?"

Aku menghela napas. "Sebenarnya gue kepikiran sama Astha." Entah kenapa aku bisa segamblang ini menyebut nama Astha di depan Deva. Padahal biasanya aku selalu mengelak tentang apapun yang berhubungan dengan cowok itu.

Tidak tahu bagian mana dari kalimatku yang terdengar lucu, sehingga Deva menanggapinya dengan tawa. "Jadi, setiap kali Lo mikirin Astha selalunya gak bisa tidur, yah? Gue gak nyangka pengaruh cowok itu ke Lo besar banget."

Jika Deva ingin menggodaku, sungguh ini bukanlah saat yang tepat. "Dev, gue serius. Gue dibuat bertanya-tanya sama alasan kepergian Astha yang tiba-tiba saat permainan truth or dare tadi."

Deva dengan cepat meredam tawanya. Mungkin karena ia merasa pembahasan kami akan serius. "Kenapa Lo masih mikirin hal itu, sih? Kan Indira udah bilang, Astha buru-buru pergi karna mau buang air kecil. Mungkin dia kebelet jadi gak sempat pamit terus pergi gitu aja."

Melihat kepergian Astha meninggalkan area api unggun dan menghentikan permainan begitu saja tentu membuat kami semua bertanya-tanya. Terlebih Indira yang langsung menyusul sepupunya tersebut untuk menanyakan alasan kepergian cowok itu.

Saat kembali, Indira mencoba menenangkanku dengan mengatakan bahwa kepergian Astha hanya karena ingin membuang air kecil.

Alasan yang dengan mudahnya dipercayai oleh semua orang, kecuali aku. Aku merasa ada sesuatu yang aneh, dan itu karena perubahan sikap Astha yang terjadi secara tiba-tiba.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang