BAB 72 || BERANGKAT CAMPING

16 2 0
                                    

Hari Senin kembali menyapa dan libur sekolah pun telah tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari Senin kembali menyapa dan libur sekolah pun telah tiba. Sesuai rencana yang sudah tersusun rapi sejak tiga hari kemarin, hari ini aku dan keempat belas teman satu kelasku yang lain akan berangkat ke lokasi camping.

Sesuai janji yang sudah Deva buat, kemarin cewek itu datang ke rumah dan membantuku meminta izin kepada mama dan papa. Sempat diintrogasi tentang banyak hal seperti di mana lokasi campingnya, dengan siapa kami pergi, menggunakan kendaraan apa, dan berapa hari kami akan bermalam, akhirnya kedua orangtuaku tersebut setuju kemudian membiarkanku pergi dengan pesan untuk menjaga diri.

Jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi aku sudah meninggalkan rumah diantar oleh papa menuju sekolah sebagai tempat yang kami pilih untuk berkumpul.

Karena jarak tempuh ke lokasi camping kurang lebih dua jam, belum lagi ditambah perjalanan naik ke gunung yang memakan waktu sekitar setengah jam, maka kami bersiap dari pagi yaitu akan berangkat pukul delapan.

Kedatanganku disambut oleh Indira, Astha, Ghio, Hafiz, dan Ihsan yang lebih dulu tiba dan sudah menunggu di depan gerbang SMA Harapan Bangsa yang dalam kondisi terkunci.

Sambil menggendong satu ransel berukuran sedang dan menenteng satu tas kain di tangan berisi beberapa perlengkapan camping, aku berjalan menghampiri kelima orang itu.

"Kalian udah lama?" tanyaku.

Karena Astha, Ihsan, Hafiz, dan Ghio sedang sibuk mengobrol maka yang menjawab adalah Indira. "Baru aja, kok. Belum lama setelah Lo datang," katanya.

Lima menit kemudian yang datang selanjutnya adalah Kiki, Mira, dan Riana. Sedangkan Melia dan Gading datang bersama menggunakan motor milik Gading.

"Kalian bertiga ini mau camping atau pindah rumah? Besar banget tuh ransel. Gak sekalian bawa koper?" ledek Ghio saat Mira, Riana, dan Kiki meletakkan ransel mereka di atas aspal. "Jangan-jangan pakaian di lemari kalian bawa semua."

"Kita tuh bawa banyak pakaian tebal buat menghalau dingin pegunungan sama selimut biar pas tidur gak kedinginan," sahut Riana.

"Lo gak usah ngeledek yah, Ghio. Nanti kalo di gunung Lo sampai menggigil, jangan harap kita mau pinjemin selimut," timpal Mira.

"Namanya juga camping, kedinginan mah udah biasa," sahut Hafiz.

Ketika jam menunjukkan pukul delapan pas, Adnan dan Dafa datang disusul sebuah mobil di belakang mereka.

"Ini gimana, kayaknya kalo mau masukin semua ransel gak bakal muat di mobil. Perlengkapan kita juga banyak soalnya," ujar Adnan bahkan sebelum cowok itu turun dari motor.

"Gini aja, ransel anak cowok bawa masing-masing. Nanti yang cewek bisa pangku barang yang ringan dan gak terlalu besar," usul Indira.

Setelah kesepakatan diambil, Dafa, Astha, dan Adnan mulai memasukkan semua barang-barang kami ke dalam bagasi mobil berupa tenda, alat masak dan makan, serta beberapa bahan makanan.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang