BAB 15 || DITUDUH BERGOSIP

1.3K 69 4
                                    

Kamis pagi, hariku berjalan lancar di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamis pagi, hariku berjalan lancar di sekolah. Selancar usahaku untuk membolos ke kantin ketika jam pertama bersama Deva, Agatha, dan Melia karena pelajaran Bahasa Indonesia kosong. Menurut informasi yang disampaikan Adnan, Pak Aksa sedang ada urusan sehingga berhalangan hadir.

Peraturan SMA Harapan Bangsa memang tidak begitu ketat seperti melarang siswa-siswi keluar kelas saat jam pelajaran kosong. Kecuali jika guru BK mendapat jadwal untuk patroli. Biasanya kami lebih memilih tinggal di dalam kelas, menutup pintu seolah-olah pelajaran tengah berlangsung daripada berkeliaran di luar. Karena jika ada kelas yang kedapatan tidak belajar maka biasanya kami akan disuruh kerja bakti.

Kami tidak berlama-lama di kantin, setelah mengisi perut sampai kenyang, kami juga kembali saat itu juga. Tapi, seperti biasa Agatha tidak pernah kembali dengan tangan kosong. Ia selalu membawa pulang sekantong camilan untuk dimakan di kelas.

"Tau gak, Tha. Gue itu selalu bertanya-tanya perut Lo sebenarnya terbuat dari gumpalan daging sama kulit atau karet. Perasaan makan apa aja gak pernah kenyang," ungkapku.

"Gue juga mau tanya." Melia mengacungkan jari telunjuknya. "Lo BAB sehari berapa kali, Tha. Dilihat dari porsi makanan, kayaknya tiga kali sehari yah."

"Hahaha." Deva tertawa. "Jadi jadwal BAB sama kayak waktu makan yah, tiga kali sehari. Habis makan langsung BAB juga."

"Pada ngaco semua deh pertanyaan kalian. Apalagi Lo, Mel. Kenapa nanyain jadwal BAB. Mau cebokin gue?" kata Agatha sambil menyeruput susu kotak.

"Ogah. Emang Lo anak kecil yang harus dicebokin." Melia bergidik geli.

"Ust …. Pada bahas apaan sih jorok banget, deh. Kalo kedengeran sama orang lain malu jadinya," kataku.

"Mana? Gak ada orang, tuh." Agatha menoleh ke kanan dan kiri.

Saat ini kami masih berada di koridor kelas sebelas IPS yang kondisinya cukup sepi. Wajar saja karena pembelajaran masih berlangsung.

Kondisi tidak jauh berbeda kami dapati saat sampai di lantai dua. Sepanjang koridor sepi termasuk di depan kelas IPA 3 yang pintunya tertutup.

Saat tinggal beberapa langkah lagi sampai di depan pintu, seseorang keluar dari kelas. Orang itu tidak lain adalah Anna.

"Mau ke mana, An?" tanya Deva.

Anna berjalan menghampiri kami dan berhenti persis di hadapanku. "Untung kalian udah balik dari kantin. Itu, anu." jari Anna menunjuk ke dalam kelas.

"Ambigu. Ngomong yang jelas. Ada apa?" desak Agatha.

"Gia, Gia nyariin Dara," kata Anna dengan wajah panik.

"Ngapain Gia nyari Dara?" Bukan aku yang bertanya melainkan Agatha.

"Duh, gue bingung cara jelasinnya. Mending Lo masuk kelas dan liat sendiri. Soalnya gue cuma disuruh." Anna berbalik dan kembali masuk kelas. Kali ini pintunya dibiarkan terbuka.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang