BAB 57 || WAKTU KOSONG

17 4 0
                                    

Sepanjang jalan kembali ke kelas pikiranku masih dipenuhi dengan perkataan Alma di koridor kelas sebelas tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepanjang jalan kembali ke kelas pikiranku masih dipenuhi dengan perkataan Alma di koridor kelas sebelas tadi. Jika saja bukan karena Agatha yang menyambut kedatanganku, mungkin aku belum sadar sudah sampai di depan kelas.

"Astaga Dara, Lo dari mana aja sih?" tanyanya tak santai. "Gak Deva, gak Melia, dan sekarang elo juga ninggalin gue?"

"Ninggalin gimana maksud Lo, gue cuma …,"

Belum sempat menjelaskan, Agatha langsung memotong ucapanku. "Oh, Lo dari kantin ternyata. Itu minuman buat gue pasti. Duh, baik banget sih Lo jadi sahabat." Agatha merebut minuman yang sebenarnya adalah pemberian dari Alma bahkan disaat aku belum mengatakan apapun. "Tapi, kok udah gak dingin." Meski banyak protes, tapi Agatha tetap meminumnya.

"Udah dari jadi gak dingin lagi. Lagian itu punya gue. Lo malah main ambil," ujarku.

"Oh, jadi Lo gak ikhlas nih ceritanya." Agatha menutup kembali botol minuman itu yang sudah ia minum setengah isinya, lalu menyerahkannya kembali kepadaku. "Ya udah nih, ambil lagi. Malas gue ambil pemberian orang yang gak ikhlas ngasihnya."

Aku mendengus. "Gak sekalian Lo dihabisin dulu isinya baru balikin lagi ke gue?" sindirku.

Jika tadi cemberut, sekarang Agatha justru tertawa. Ia maju kemudian merangkul bahuku. "Ya ampun, sensi banget sih sahabat gue yang satu ini. Kenapa, lagi PMS yah?"

Aku melepaskan rangkulan Agatha karena hampir sesak napas. Saat ingin masuk ke dalam kelas, aku kembali berhenti ketika mendengar suara musik mengalun dari dalam kelas.

Aku menoleh ke arah Agatha untuk bertanya. "Siapa yang lagi main gitar?"

Agatha baru saja selesai menenggak minumannya. "Anak-anak yang lagi latihan akustik di dalam," jawabnya.

Karena penasaran, aku segera masuk dan langsung mendapati beberapa orang sedang duduk melingkar di meja paling depan urutan kedua dari pintu. Mereka adalah Dafa yang sedang memetik gitar dan Riana serta Mira yang menyanyi.

Aku menoleh ke arah Agatha yang berdiri di sampingku. "Mereka latihan buat jadi perwakilan IPA 3 di lomba akustik?" tanyaku.

"Mungkin." Agatha mengedikkan bahu sebelum berjalan masuk menuju kursinya dengan aku yang menyusul di belakang.

"Kalo untuk menyanyi solo, udah ada yang daftar? Siapa? Lo?" tanyaku berniat untuk menggoda Agatha saat menyadari perubahan ekspresi tidak senang cewek itu.

Agatha yang sedang minum tiba-tiba tersedak. Awalnya dia terkejut, tapi kemudian kembali bisa menguasai diri. "Tadi sih gue emang sempat ditawarin sama Adnan, gara-gara pada gak ada yang mau. Wajar sih, secara suara gue emang sebelas dua belas sama suaranya Lisa Blackpink. Tapi, karna job gue lagi padat jadi gue lempar ke Caca."

Ingin rasanya aku tertawa mendengar keseriusan Agatha dalam mengungkapkan sebuah kebohongan. Padahal baik aku maupun teman satu kelas kami yang lainnya tahu, kalau Agatha sama sekali tidak punya bakat menyanyi. Sekedar menyanyi mungkin bisa tapi suara tidak memadai.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang