Panas matahari benar-benar membakar kulit. Jika saja pemimpin upacara tidak segera membubarkan barisan, bisa dipastikan nasibku akan berakhir sama seperti ikan yang dikeringkan.Bukan hanya aku, tapi teman-teman di kelasku pun merasakan hal yang sama. Kondisi kami sudah seperti ikan yang terdampar di tepi pantai, butuh air untuk tetap hidup.
"Eh, jangan pada pingsan dulu. Nih, minum air ini dan berhenti terlihat mengenaskan." Agatha meletakkan tiga botol air minum di atas meja. Ternyata hilangnya cewek itu sesaat setelah upacara tadi karena pergi membeli air di kantin.
"Makasih, Tha. Lo jadi penolong di detik-detik terakhir gue yang sebentar lagi bakal pingsan." Melia langsung mengambil botol pertama lalu segera menenggak isinya.
Disusul Deva yang mengambil botol kedua. "Sempet-sempetnya Lo beli minum," katanya. "But, thanks."
"Karna gue cerdas. Daripada mati gara-gara kehausan, ya gue beli air lah buat minum," ujar Agatha gamblang. "Nih, satu lagi buat Lo, Ra. Minum! Nanti mati beneran gara-gara dehidrasi."
Aku menerima sodoran botol air dari Agatha sambil mendengus. "Makasih. Nanti gue ganti duitnya."
Agatha mengibaskan tangannya. "Air lima ribuan doang itu. Gak usah diganti," katanya.
Segarnya air langsung terasa pada tegukan pertama. Rupanya tidak hanya lelah karena terlalu lama berdiri, tapi aku juga keharusan.
Deva dan Melia sudah membaringkan kepalanya di atas meja masing-masing dengan lengan sebagai bantalan. Sedangkan Agatha entah ke mana perginya. Cewek itu memang tidak pernah betah berlama-lama tinggal di kelas.
Baru saja aku ingin mengikuti jejak Deva dan Melia yang sudah tertidur, tiba-tiba Agatha masuk ke dalam kelas sambil berlari.
"Ra, bangunin Deva sama Melia cepat." Tidak cukup dengan itu, Agatha bahkan berteriak. "Ibu Jenny lagi perjalanan ke sini," lanjutnya.
Sesaat setelah membangunkan Deva dan Melia, orang yang dimaksud Agatha muncul di balik pintu. "Selamat pagi anak-anak," sapa wanita itu dengan ramah sambil berjalan menuju meja guru dengan anggun.
"Pagi, Bu," jawab kami serentak.
Ibu Jenny adalah guru biologi yang khusus mengajar di kelas dua belas. Dan sesuai ketentuan rapat kenaikan kelas kemarin, Ibu Jenny ditunjuk menjadi wali kelas kami, dua belas IPA 3.
"Bagaimana kabar kalian setelah liburan? Sudah siap untuk menerima pelajaran lagi di kelas dua belas?" tanya Ibu Jenny membuka percakapan.
Beberapa dari teman satu kelasku ada yang menjawab sudah siap, ada pula yang menjawab masih membutuhkan waktu libur tambahan.
"Baiklah anak-anak, ibu mau tanya dulu. Apakah diantara kalian masih ada yang belum mengetahui nama ibu?" Pandangan Ibu Jenny mengitari seluruh penjuru kelas. "Apakah ibu perlu memperkenalkan diri kembali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...