Suatu hari salah satu teman di kelasku pernah bertanya, katanya kenapa aku tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Bahkan aku selalu datang paling cepat satu jam dan paling lambat setengah jam sebelum pelajaran dimulai. Ia kemudian membandingkan dengan dirinya yang selalu tiba di sekolah selalu lima menit sebelum bel masuk berbunyi.Lalu, satu temanku yang lainnya mengatakan faktor jarak rumahlah alasannya. Katanya karena jarak rumahku tidak sampai satu kilo dari sekolah makanya aku selalu datang lebih awal.
Padahal bukan itu alasan sebenarnya.
Jarak rumahku yang dekat dengan sekolah bukanlah faktor utama. Karena kalau mau, aku bisa saja sengaja menunda waktu dan datang lima menit sebelum bel masuk berbunyi juga.
Jadi, alasan utamanya adalah aku ingin menghindari pertemuan dengan banyak orang di koridor. Karena jika sudah menjelang bel masuk, biasanya banyak orang yang berkumpul di depan kelas masing-masing. Aku hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian jika melewati kelas mereka. Terlebih jika berjalan seorang diri, rasanya akan sangat tidak nyaman.
Untuk itulah, aku selalu bersiap lebih awal.
Aku memang sengaja menyetel alarm di jam lima pagi untuk shalat subuh. Setelahnya aku langsung bersiap. Mulai dari merapikan tempat tidur sampai mandi.
Biasanya aku tidak menghabiskan waktu yang banyak untuk mandi. Cukup sepuluh menit saja. Setelah mandi, aku langsung bersiap menggunakan seragam dan pekerjaanku akan selesai di jam enam. Hal terakhir yang aku lakukan setelah rapi adalah sarapan, itupun tidak setiap hari karena aku tidak terlalu suka makan di pagi hari.
Untuk sarapan sendiri aku hanya perlu waktu sepuluh sampai lima belas menit. Seharusnya aku bisa berangkat ke sekolah di jam enam lewat lima belas atau dua puluh menit jika saja tidak harus menunggu Fattan.
Fattan memang selalu berangkat sekolah bersamaku karena papa sudah berangkat ke pasar di jam setengah enam pagi. Kecuali jika papa kebetulan sedang tidak bekerja, barulah Fattan lebih memilih diantar papa.
Aku baru saja keluar dari kamar untuk menuju ruang makan saat pintu diketuk seseorang dari luar. Padahal waktu baru menunjukkan pukul enam lewat lima menit, tapi sudah ada yang bertamu di pagi buta seperti ini.
Saat membuka pintu, aku sempat terkejut melihat yang datang adalah Arvin. Tapi, kemudian teringat bahwa semalam aku memang meminta cowok itu untuk menjemput karena sedang malas mengendarai motor sendiri ke sekolah.
"Pagi sepupu," sapa Arvin dengan cengiran lebarnya. Wangi parfum yang ia gunakan langsung memenuhi indra penciumanku.
"Astaga, Vin. Lo pake parfum itu disemprot atau disiram, sih? Tiap bulan ngabisin berapa botol?" tanyaku. Karena tidak bisa menahan bauanya yang sangat menyengat, aku sampai harus menutup hidup menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang mengapit hidung.
"Bukannya disambut atau dipersilahkan masuk, ini malah ngomentarin masalah parfum," wajah Arvin langsung berubah datar.
Aku terkekeh lalu membuka pintu dengan lebar sambil mempersilahkannya masuk lebih dulu. "Gue nanya, bukan ngomentarin," kataku lalu mengikutinya berjalan menuju ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...