Brak!
Suara benda yang jatuh membuatku tersentak kaget. Sepertinya tadi aku sempat melamun sampai tidak memperhatikan jalanan.
Aku pun meringis. Bukan karena bahuku yang berbenturan dengan bahu orang lain, tetapi karena buku-buku yang tadi aku bawa sudah berserakan di ubin kelas. Termasuk buku bersampul merah jambu yang beberapa saat lalu aku tulisi.
Ketika ingin menunduk untuk memungut buku-buku itu, seseorang lebih dulu mengambil kemudian menyodorkannya kepadaku.
"Maaf," ujarnya dengan suara datar.
Seperti terhipnotis, pandanganku terkunci dan tidak bisa teralihkan darinya. Aku pun memanfaatkan kesempatan langka tersebut untuk meneliti setiap inci wajah cowok yang kini berdiri menjulang tinggi di hadapanku. Tampan, satu kata yang terlintas di otakku.
"Lo melamun?"
"Oh, enggak."
Aku menarik kikuk buku-buku yang sedari tadi disodorkannya sambil mengucapkan terima kasih. Tanpa memberi balasan, ia berlalu ke arah yang berlawanan. Dengan cepat aku membalikkan badan untuk melihat kepergiannya yang semakin menjauh.
Apakah dia akan selalu menjauh?
Lalu, kapan dia mendekat?
Dengan senyum konyol, aku membalikkan badan untuk masuk ke dalam kelas. Baru dua langkah, aku kembali berhenti ketika teringat sesuatu. Kepalaku menunduk untuk memperhatikan buku-buku yang kini berada di dalam dekapanku. Beberapa saat lalu, buku-buku ini dipegang olehnya. Hanya dengan itu, jantungku bisa berdebar.
Sudah sebesar itukah pengaruhnya untukku?
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...