BAB 95 || UJIAN PERASAAN

17 5 0
                                    

Jangankan satu hari, satu bulan saja rasanya waktu begitu cepat berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangankan satu hari, satu bulan saja rasanya waktu begitu cepat berlalu. Setelah mengikuti bimbingan belajar selama satu bulan penuh, kini tiba waktunya percobaan ujian yang lebih dikenal dengan istilah try out.

Jadi, ada tiga tahapan ujian. Pertama, try out, kedua ujian sekolah, dan yang ketiga adalah ujian nasional. Untuk try out sendiri mata pelajarannya sama dengan ujian nasional yakni biologi, fisika, kimia, matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk jurusan IPA. Sementara untuk jurusan IPS yang membedakan hanya pelajaran ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Sedangkan untuk ujian sekolah sendiri semua mata pelajaran akan diujiankan seperti ketika ujian kenaikan kelas.

Hari Senin kali ini di jam setengah enam pagi aku sudah berangkat ke sekolah dan tiba lima menit kemudian. Kondisi parkiran masih sepi dan kemungkinan tidak akan begitu ramai mengingat yang datang ke sekolah hanya kelas dua belas sebab kelas sebelas dan sepuluh diliburkan sementara waktu selama ujian berlangsung.

Dua hari yang lalu jadwal ujian dan pembagian ruangan sudah diumumkan. Aku, Deva, dan Agatha masih satu ruangan, tapi Melia terpaksa harus berpisah dengan kami karena namanya berada di urutan bawah.

Untuk ruangan sendiri bagi yang urutan namanya dari satu sampai lima belas menempati kelas dua belas IPA 2, dan sisanya akan menempati kelas dua belas IPA 3.

Untuk itulah saat sampai di depan kelas dua belas IPA 2 aku langsung berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan ke kelas IPA 3.

Di depan kelas dua belas IPA 2 sudah ada beberapa teman satu ruanganku yang datang termasuk Agatha, cewek itu sedang mengobrol bersama Anna sebelum beranjak untuk menghampirikuf i depan pintu.

"Dara," panggilnya.

"Kalo bukan karna ada ujian, mungkin gue bakal heran kenapa Lo bisa datang sepagi ini," ujarku. "Jangan-jangan sengaja buat nyari kunci jawaban yah," lanjutku dengan nada bercanda.

"Boro-boro nyari kunci jawaban. Kisi-kisi aja gak dapat," elak Agatha.

Aku terkekeh mendengar jawabannya. "Jangan samain ujian nasional sama ujian kenaikan kelas. Ini soal ujian yang buat pusat, bukan guru di Harsa," jelasku.

"Kan siapa tau guru-guru Harsa dapat bocoran soalnya gitu." Agatha kembali berpendapat.

"Daripada kebanyakan berharap yang ujung-ujungnya gak pasti, mending belajar. Itung-itung nambah wawasan" kataku sambil mengeluarkan buku dari tas lalu mencari tempat duduk yang nyaman untuk belajar.

"Gue kalo di sekolah udah gak bisa belajar lagi. Lagian gue cuma bawa pensil, penghapus, sama kartu ujian. Gak ada bawa buku," ujar Agatha mencari alasan.

Aku menggeleng-gelengkan kepala. "Terus ngapain Lo datang sepagi ini ke sekolah kalo gak mau belajar dulu. Jam masuk kan masih satu setengah jam lagi."

Tidak seperti hari-hari biasanya di mana jam pelajaran dimulai pukul setengah delapan, kini jam delapan ujian baru akan dimulai.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang