EPILOG

151 9 2
                                    

Kau tahu apa yang paling parah dari jatuh cinta? Adalah ketika kau membutakan mata serta menulikan telinga untuk melihat dan mendengar hal buruk tentangnya.

~

Kehidupan itu seperti waktu yang akan terus berjalan dan tidak bisa berhenti sejenak apalagi kembali ke masa lalu.

Semua yang sudah terjadi akan tetap tersimpan, tapi hanya sebatas menjadi kenangan. Tersemat rapi dalam memori otak yang suatu waktu bisa saja berputar kembali.

Jika disuruh memilih antara masa lalu atau masa depan, tanpa berpikir dua kali aku pasti akan menjawab masa depan. Tapi, bukan karena masa laluku buruk.

Kejadian buruk di masa lalu pastilah pernah dialami setiap orang, tapi bukan berarti kita harus mengutuknya. Daripada membenci masa lalu, bukankah seharusnya kita memetik hikmah terbaik di baliknya. Sebab kita tidak akan mencapai masa depan tanpa melewati masa lalu.

Lagipula di hidup ini bukankah hanya ada dua pilihan, benar dan salah. Jika di masa lalu kita pernah berbuat salah maka jadikan kesalahan itu sebagai pembelajaran, jika di masa lalu kita selalu bertindak hati-hati agar tidak melakukan kesalahan, maka jadikan itu sebagai acuan untuk hidup lebih baik lagi.

Masihkah ada yang membenci masa lalunya? Maka hal itu hanya akan menjadikan kalian lebih buruk dari sebelumnya. Cobalah berdamai. Jangan karena sesuatu yang tidak bisa dicapai di masa lalu menjadikan otak sebagai sarang keterpurukan. Melanjutkan hidup tidak hanya butuh makan dan minum tapi juga pikiran yang tenang.

Satu saja keyakinan ingin berubah maka seribu jalan di depan mata akan terbuka. Percayalah!

~~~

"Ya ampun, ya ampun, ya ampun. Fix, ini cowoknya jahat banget sih."

Aku menghela napas lelah. Sekali lagi kegiatan menulisku harus terhenti. Fokusku terpecah antara berpikir atau mendengarkan celotehan orang di belakangku.

Sudah dua setengah jam lamanya aku duduk di depan meja belajar. Bukan, lebih tepatnya meja kerja karena lebih sering kugunakan untuk urusan pekerjaan. Dan selama itu juga Manda yang berada di kasur tepat di belakangku tak henti-hentinya berceloteh.

Tidak bisakah dia membaca dengan tenang ...?

Siang tadi, sepupuku yang bernama Manda datang ke rumah untuk meminjam beberapa buku pelajaran SMA. Tapi, hujan tiba-tiba turun cukup deras dan akhirnya menjebak ia untuk menunda pulang.

Karena di rumah hanya ada aku bersama nenek, rasanya tidak enak jika harus meninggalkan Manda sendirian di luar. Itulah sebabnya aku berinisiatif mengajaknya ke kamar sambil menunggu hujan reda. Tapi, rupanya aku salah mengambil keputusan.

Lima belas menit pertama ketika Manda masuk ke kamar kondisi masih aman terkendali. Dia hanya duduk di sisi kasur sambil membaca novel. Tapi, kondisi berubah menegang ketika gadis itu bertanya "apakah aku punya cinta jaman SMA?".

Awalnya pertanyaan Manda tersebut aku abaikan, tapi gadis itu malah beralih merecokiku sehingga tidak fokus menulis. Karena sedang banyak pekerjaan dan malas menjelaskan panjang lebar, akhirnya aku memberikan sebuah novel dengan judul "Putih Abu-abu yang Kelabu" kepadanya. Aku meminta Manda membaca dan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaannya tadi di dalam buku itu.

Di awal Manda membaca dengan tenang, tapi lama-kelamaan cewek justru mengajukan semakin banyak pertanyaan. Sempat terbesit pikiran untuk mengusirnya dari rumah andai saja aku tidak ingat jika di luar hujan turun masih sangat deras. Mungkin di luar sudah banjir dan sebentar lagi akan menghanyutkan Manda beserta pertanyaan-pertanyaannya itu.

Keributan yang diciptakan Manda membuatku tidak bisa menulis dengan tenang. Akhirnya aku meletakkan pulpen, menutup buku, dan membalikkan badan sepenuhnya menghadap gadis itu yang sedang berbaring di kasur.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang