BAB 33 || RASA SUKA

21 2 0
                                    

Setelah keluar dari perpustakaan, bukannya langsung kembali ke kelas untuk menemui Deva, seperti yang kukatakan kepada Astha, aku justru berbelok menuju toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah keluar dari perpustakaan, bukannya langsung kembali ke kelas untuk menemui Deva, seperti yang kukatakan kepada Astha, aku justru berbelok menuju toilet.

Bukan untuk buang air tetapi hanya ingin mencuci tangan karena lengket setelah berkeringat.

Awalnya aku pikir toilet dalam keadaan kosong, tapi tiba-tiba seseorang keluar dari salah satu bilik kemudian berjalan menuju wastafel di mana aku berada. Sampai cewek itu berdiri di sampingku, aku tidak mengalihkan pandangan darinya.

"Hai," sapanya ramah.

Barulah setelah itu aku kembali memandang cermin yang tentu saja memantulkan diri kami.

"Hai," balasku sambil tersenyum tipis.

Ini benar-benar kebetulan yang langka. Sebab selama kurang lebih dua tahun satu sekolah, ini adalah pengalaman pertama kami berdiri berdampingan dengan jarak yang sangat dekat, hanya berdua.

Siapa yang tidak mengenal Ramania Almeta, atau lebih akrab disapa Alma. Siswi kelas dua belas IPA 2 sekaligus salah satu siswi tercantik sejurusan IPA.

"Eh, itu lengan Lo kotor banget, habis kena apa, tuh?" tanyanya.

Selain cantik, Alma juga terkenal baik dan ramah kepada siapa saja. Seperti sekarang, kami yang sebelumnya tidak akrab, tapi dia tanpa segan mau membantu membersihkan kotoran bekas debu di lenganku.

Jika bukan karena diberitahu Alma, aku tidak akan tahu jika lenganku kotor. "Gak tau. Tapi, mungkin gara-gara tadi, pas duduk tangan gue kena debu di meja," jawabku.

"Emang Lo duduk di mana sampai mejanya berdebu kayak gitu." Alma mengambil tisu lalu membantu mengeringkan lenganku yang basah.

"Tadi gue dari perpustakaan. Eh, gak pa-pa, biar gue aja." Meski sudah menolak untuk dibantu karena tidak ingin merepotkan, Alma tetap melakukannya.

"Gak pa-pa. Nah, sekarang udah bersih lagi," ujar Alma.

"Makasih, yah," kataku.

"Sama-sama," balasnya.

Setelah membuang tisu bekas ke tong sampah yang ada di bawa wastafel, aku pamit untuk keluar lebih dulu. Tapi, tak berselang lama Alma ikut keluar dan berakhir kami jalan bersama meninggalkan toilet.

"Jadi, tempat tongkrongan Lo di perpus? Jangan-jangan Lo kutu buku, yah? Pasti pinter." Aku sempat berpikir perjalanan kembali ke kelas akan sangat canggung karena bersama Alma, tapi cewek itu ternyata bisa mencairkan suasana dengan obrolan yang menarik.

"Enggak, gue bukan kutu buku dan gue juga gak pinter." Mana mungkin aku mengakui sesuatu yang tidak sebenarnya. "Tadi itu cuma kebetulan aja pengen baca buku buat isi jam kosong." Meskipun yang terjadi tadi bukannya membaca buku, tapi tertidur.

Tinggal beberapa langkah lagi kami akan melewati perpustakaan, disaat yang bersamaan seseorang baru saja keluar dari sana.

"Itu Astha bukan, sih?" tanya Alma menunjuk punggung cowok yang baru saja keluar dari perpustakaan.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang