Ada sesuatu hal di dunia ini yang akan terus berjalan dan tidak bisa dihentikan dengan cara apapun, yaitu waktu. Waktu akan terus berjalan membawa kita ke masa depan meski tanpa kesiapan.Seperti waktu ujian tengah semester yang baru saja selesai dilaksanakan selama kurang lebih sepuluh hari. Padahal rasanya baru kemarin aku naik ke kelas dua belas, tapi tanpa terasa waktu sudah berjalan selama enam bulan lamanya.
Selesainya pelaksanaan ujian tengah semester menandakan hari libur akan segera tiba. Hari yang tentu saja sangat ditunggu-tunggu untuk mengistirahatkan pikiran dari segala hal yang menyangkut pelajaran sekolah.
Tiga hari menjelang libur, semua proses pembelajaran di Harsa sudah tidak berjalan efektif dan hanya difokuskan pada kegiatan perbaikan nilai bagi siswa-siswi yang nilai ujiannya tidak mencapai KKM.
Sedangkan bagi mereka yang berhasil melewati zona aman bebas untuk melakukan apapun. Seperti ingin tetap berada di kelas, membaca buku di perpustakaan, atau jajan di kantin. Asal tidak meninggalkan lingkungan sekolah sebelum waktu yang sudah ditentukan.
Seperti aku dan ketiga sahabatku yang di jam delapan pagi tadi sudah melarikan diri ke kantin sesaat setelah menyimpan tas di kelas. Kurang lebih satu jam kami makan sambil mengobrol dan baru kembali ke kelas di jam sembilan. Kami tentu tidak merasa khawatir akan terlambat mengingat pembelajaran sudah tidak berjalan.
"Kira-kira di hari libur sekolah nanti kantin bakal tetap buka gak, yah? Soalnya sehari gak makan bakso rasanya seperti gue belum makan seharian," ujar Agatha ketika kami dalam perjalanan kembali ke kelas.
"Ya gak mungkin buka lah, Tha. Siapa yang bakal datang ke sekolah pas libur," balas Deva.
Agatha terlihat kecewa. "Berarti gue harus puasa makan bakso selama libur juga dong. Ah, gak asik," keluhnya.
Aku yang berjalan bersama Melia di belakang mencoba untuk ikut ke dalam obrolan Agatha dan Deva. "Kenapa harus puasa, kan penjual bakso banyak, gak cuma di kantin doang. Lo tinggal pilih mau makan bakso jenis apa, terus cari penjualnya," kataku.
Agatha menolehkan kepalanya ke belakang. "Tapi, rasanya pasti gak sama. Gue sukanya bakso yang dijual di kantin," ungkapnya.
"Ya udah, kalo gitu Lo suruh aja ibu kantin masakin bakso setiap hari. Suruh bawa ke rumah Lo kalo perlu." Perkataan Melia memancing tawa dariku dan Deva.
"Ide Lo cukup bagus, Mel. Tapi, lebih bagusnya lagi kalo Lo gak usah ngasih usul kayak gitu." Agatha mendengus.
Karena hari ini tidak ada proses belajar mengajar yang dilakukan, sepanjang koridor menjadi cukup ramai oleh siswa-siswi yang berkumpul di depan kelas masing-masing. Begitu juga yang terlihat di depan kelas IPA 3. Di mana di salah satu bangku terlihat beberapa anak cowok sedang mengobrol. Mereka adalah Adnan, Astha, Ghio, Dafa, dan Hafiz. Tiga orang duduk di bangku, dua orang lainnya bersandar di dinding dan palang pembatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Ficção AdolescenteJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...