BAB 92 || YANG SEBENARNYA

24 4 0
                                    

Bunyi air yang mengalir dari keran menjadi satu-satunya suara di dalam toilet di mana aku berada sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunyi air yang mengalir dari keran menjadi satu-satunya suara di dalam toilet di mana aku berada sekarang. Setelah mengobati luka lebam Arvin di kantin aku memang tidak segera kembali ke kelas. Sebut saja aku sedang melarikan diri dan tempat persembunyianku adalah toilet.

Rencananya aku ingin membolos sekali lagi dengan tidak mengikuti pelajaran ketiga, tapi kemudian Agatha mengirim pesan pemberitahuan bahwa pelajaran biologi sedang kosong karena Ibu Jenny mempunyai urusan lain, sehingga aku bisa kembali ke kelas tanpa takut untuk dimarahi.

Agatha Adriana:
Lo di mana sekarang, Ra? Balik ke kelas yah, atau perlu gue susul?

Adara Ulani:
Gak usah, Tha. Gue bentar lagi balik ke kelas.

Agatha Adriana:
Balik sekarang, kalo dalam waktu sepuluh menit Lo belum balik, gue bakal susulin meskipun gue gak tau posisi Lo saat ini ada di mana.

Kasih tau kek Lo di mana sekarang.

Aku mendiami pesan Agatha beberapa saat sambil menimbang sesuatu hal. Setelah merasa yakin barulah aku mengetikkan balasan.

Adara Ulani:
Astha udah balik dari UKS?

Entah apa yang terjadi dengan Agatha saat ini, karena ia baru mengirim balasan setelah dua menit berlalu.

Agatha Adriana:
Setelah apa yang Arvin bilang tadi, kalo Astha udah buat Lo nangis. Lo masih nyariin dia?

Sepertinya saat ini Agatha sedang kesal, untuk itulah aku mengabaikan pesannya. Tapi, meski aku tidak membalasnya lagi, Agatha masih terus mengirim pesan lainnya.

Agatha Adriana:
Astha seharusnya butuh waktu lama buat ngobatin lukanya kalo emang bener dia udah buat sahabat gue nangis.

Gue pastiin Astha gak bakal lolos kalo dia balik ke kelas.

Gue bakal lanjutin penyerangan Arvin yang sempat tertunda dan Lo gak bisa negehalangin gue.

Adara Ulani:
Gue harap Lo bisa gunain sedikit kewarasan Lo supaya gak berbuat hal konyol.

Setelah mengirim pesan tersebut aku memutuskan kembali ke kelas sebelum Agatha bertindak nekat. Aku tidak bisa mengabaikan ancaman itu karena Agatha adalah satu-satunya sahabat tergilaku yang akan melakukan apapun sesuai perkataannya.

Perjalanan menuju kelas tidak memerlukan waktu yang lama karena sepanjang koridor sepi. Tentu saja karena pelajaran ketiga sedang berlangsung. Hanya kelasku yang masih terlihat ramai di depan karena tidak belajar.

Lagi-lagi kedatanganku disambut oleh Deva, Agatha, dan Melia yang seolah sengaja menunggu di depan kelas. Tidak mau kelamaan menunggu sampai aku di tiba di kelas, ketiga langsung menghampiriku di depan kelas IPA 2.

"Gue cape nanya Lo dari mana terus. Sekarang yang mau gue tanyain adalah apa benar yang Arvin bilang, Astha udah buat Lo nangis, Ra?" Agatha langsung menyerangku dengan pertanyaan.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang