BAB 40 || TUKANG DEKORASI

18 4 0
                                    

Jumat siang sepulang sekolah, disaat Ibu Jenny pergi untuk mengikuti pelatihan guru di luar kota, kami justru datang ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jumat siang sepulang sekolah, disaat Ibu Jenny pergi untuk mengikuti pelatihan guru di luar kota, kami justru datang ke rumahnya.

Hari ini kami akan mulai mendekorasi rumah Ibu Jenny sebagai bagian dari rencana pesta kejutan ulang tahun beliau.

Ibu Jenny tidak tahu kami akan datang, sebab kami memilih untuk menyelinap masuk. Tidak benar-benar menyelinap seperti seorang pencuri yang masuk melalui jendela, karena kami punya kunci duplikat rumah kontrakan itu.

Kunci itu kami dapatkan dari pihak keamanan perumahan di mana Ibu Jenny tinggal setelah melalui tahap negosiasi. Karena pihak keamanan perumahan sudah sering melihat kami datang ke rumah Ibu Jenny, kami pun tidak kesusahan mendapatkan izin.

Aku dan Melia tiba lebih dulu dan kini sedang menunggu di kursi yang tersedia di teras. Sedangkan Deva dan Agatha harus kembali ke rumah Deva untuk mengambil bahan dekorasi yang sudah kami beli tiga hari lalu. Sementara anak cowok yang masuk kelompok dekorasi sedang melaksanakan shalat Jum'at di masjid sebelum menyusul.

"Deva sama Agatha kok lama banget, yah. Coba telfon, Ra," ujar Melia yang sejak tadi sudah gelisah di tempatnya.

Aku yang sedang menunduk memandang layar handphone mendongak. "Lo kan megang hp, kenapa gak telfon sendiri?" tanyaku.

Melia menyengir. "Gue gak ada pulsa buat telfoninnya."

Aku baru saja mendial nomor Deva saat Adnan yang berboncengan dengan Astha datang. Aku pun mematikan panggilan itu sebelum Deva menjawabnya.

"Kalian cuma berdua?" tanya Adnan turun dari motor, sementara Astha memilih tetap duduk di sana.

"Deva sama Agatha pulang buat ngambil bahan dekorasi," jawabku seraya berdiri.

Adnan langsung membuka pintu menggunakan kunci yang ia bawa. "Yuk, masuk."

Setelah terbuka, Melia lebih dulu berlari menerobos pintu sambil berteriak bahwa ia kebelet ingin buang air kecil. Rupanya kegelisahan cewek itu sejak tadi karena sedang menahan diri agar tidak pipis di celana.

Aku dan Adnan sama-sama masuk kemudian berhenti di ruang tamu. "Kelihatannya ruang tamu ini sempit. Kita butuh space yang lebih luas dari ini," ujarku sambil memperhatikan ruang tamu rumah Ibu Jenny yang hanya berukuran tiga kali tiga meter.

"Kita coba cek ruang tengah." Aku dan Adnan berjalan masuk menuju ruang tengah. "Kalo di sini gimana? Gak terlalu banyak barang juga yang perlu dipindahin, jadi gak terlalu repot."

"Boleh juga. Tapi, kita tunggu yang lain dulu." Meski aku setuju untuk menggunakan ruang tengah, usulan dari yang lain tetaplah penting untuk dipertimbangkan.

Saat sedang memikirkan di mana dekorasinya akan dipasang, suara dari depan mengalihkan perhatianku. Tak lama muncul Agatha, Deva, dan Astha yang masing-masing membawa sebuah kantong plastik berwarna merah.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang