Bel istirahat telah berbunyi beberapa saat lalu, tapi hampir tidak ada yang meninggalkan kursi masing-masing. Setelah guru yang mengajar di jam kedua keluar, teman satu kelasku kembali menyibukkan diri dengan tugas matematika."Minta tugas matematika Lo, Ra." Melia membalikkan badan menghadap ke arahku sambil menengadahkan tangan.
"Dipinjam sama Anna," tunjukku dengan dagu ke kursi bagian kedua dari depan tempat Anna sedang menulis bersama yang lain. Kudengar dengusan dari Melia sebelum cewek itu beranjak menghampiri meja Anna.
Aku memang tidak pandai dalam pelajaran matematika, tapi aku selalu mengerjakan semua tugas yang diberikan. Jika ada soal yang rumit, aku tidak malu bertanya. Atau jika memang tidak bisa mengerjakannya sendiri aku akan mengusahakan mencari jawabannya, meski itu harus dengan cara menyontek.
Aku tidak keberatan harus begadang untuk menunggu Deva mengerjakannya lebih dulu lalu meminta jawabannya dikirim melalui chat. Daripada harus tergesa-gesa mengerjakannya di sekolah.
Setelah membereskan buku dan menyimpannya di laci, aku beranjak meninggalkan kursi lalu keluar dari kelas menuju kantin.
Kali ini aku pergi seorang diri, sebab ketiga sahabatku sedang sibuk. Deva sudah meninggalkan kelas sejak bel istirahat berbunyi menuju aula karena ada pertemuan anak OSIS. Melia sibuk mengerjakan tugas matematika. Sedangkan Agatha, entah ke mana perginya cewek itu.
Satu kesyukuran karena kondisi kantin saat aku tiba sudah berangsur sepi. Tentu saja hal ini menguntungkan karena aku tidak perlu bertemu banyak orang.
Karena sudah terbiasa makan berempat dengan Deva, Melia, dan Agatha, rasanya menjadi aneh jika aku hanya duduk makan sendirian. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membeli minuman saja.
Saat ingin menutup pintu lemari pendingin setelah mendapatkan minuman yang aku suka, sebuah tangan terulur dan mengambil botol minuman yang sama denganku. Karena gerakan yang tiba-tiba itu aku menjadi terkejut dan langsung mundur satu langkah.
"Indira?" gumanku ketika menoleh ke samping dan mendapati pemilik tangan itu adalah Indira.
"Eh, Dara. Ternyata elo?" Indira juga sama terkejutnya.
Mataku turun melihat botol minuman yang dipengang cewek itu. "Lo suka minum itu juga?"
"Suka banget. Apalagi yang rasa apel ini," jawabnya. "Ternyata selera kita sama, yah."
Kami sama-sama berjalan ke kasir untuk membayar. Aku menyerahkan uang pecahan seratus ribu kepada ibu kantin. Tapi, bukan berarti uang jajanku setiap hari sebanyak itu. Kebetulan saja aku akan membayar buku, jadi membawa uang yang cukup banyak hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...