BAB 53 || MENGANTONGI RESTU

13 3 0
                                    

Sebelumnya aku sudah menolak untuk dibawa ke UKS, tapi karena bengkak di kakiku semakin parah, akhirnya mau tidak mau aku tetap harus mengunjungi ruang kesehatan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelumnya aku sudah menolak untuk dibawa ke UKS, tapi karena bengkak di kakiku semakin parah, akhirnya mau tidak mau aku tetap harus mengunjungi ruang kesehatan itu.

Setelah jam pulang sekolah tiba, aku menyempatkan diri datang ke UKS untuk meminta obat pereda nyeri. Tapi, karena obat di ruang kesehatan sekolah tersebut terbatas, petugas yang berjaga hanya memberi resep dan memintaku untuk menebusnya sendiri di apotek.

Pulang tadi, aku tidak sendiri melainkan bersama Deva. Tapi, cewek itu pamit pergi setelah kami tiba di UKS karena harus bersiap untuk latihan parade. Sementara kedua sahabatku yang lain yaitu Agatha dan Melia sudah pulang lebih dulu ke rumah masing-masing sejak tadi.

Meski sudah jam pulang, sekolah masih saja ramai oleh anggota organisasi yang sedang latihan. Dari tempat di mana aku berdiri terlihat jelas Deva sudah mulai latihan bersama anak Pramuka lainnya di tengah lapangan futsal. Untuk itulah aku tidak memanggilnya untuk membantuku berjalan karena tidak ingin mengganggu latihan mereka.

Meski rasanya sangat sakit, aku tetap memaksakan diri berjalan dengan kaki pincang menuju parkiran sebelum bertemu Indira yang ternyata masih berkeliaran di dalam lingkungan sekolah.

Tidak seperti aku yang terkejut melihat Indira masih belum pulang, di saat semua orang mungkin sudah sampai di rumah masing-masing, cewek itu justru menampakkan ekspresi wajah yang biasa saja.

"Indira, kok Lo masih ada di sekolah. Kenapa belum pulang?" Karena penasaran aku pun bertanya.

"Gue tadi ada urusan di ruang guru," jawabnya. "Oh iya, gimana sama kaki Lo. Di kasih obat apa aja di UKS tadi?"

Pertanyaan Indira membuatku terkejut. "Dari mana Lo tau gue dari UKS?" tanyaku.

"Tadi gue gak sengaja liat Lo jalan sama Deva menuju UKS," jelas Indira. Lalu cewek itu menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. "Terus Deva sekarang mana, udah pulang?"

Aku buru-buru membuang rasa curiga yang sempat melintas di pikiranku. "Belum, dia lagi latihan parade sekarang."

"Oh." Indira mengangguk-anggukkan kepalanya.

Kami mulai berjalan. Tapi, karena kaki kiriku sakit setiap kali berpijak di tanah, langkahku sangat lambat seperti siput.

"Lo udah mau pulang atau masih ada urusan habis ini, Dir?" Sebenarnya dengan Indira yang ikut berjalan menuju pintu keluar sekolah bersamaku sudah menjelaskan bahwa cewek itu akan pulang. Tapi, menurutku tidak ada salahnya bertanya untuk memastikan sekaligus menghindari keheningan.

"Habis ini langsung pulang, tapi sebelum itu gue mau ngomong sama Lo bentar boleh gak?" Seharusnya Indira tidak perlu meminta izin.

Tapi, atas inisiatifnya meminta izin sebelum bicara, membuatku merasa bahwa Indira mungkin ingin membicarakan sesuatu hal yang penting.

"Ya boleh dong. Tapi, emangnya Lo mau ngomongin apa?" tanyaku.

"Kita cari tempat duduk dulu yuk biar lebih nyaman ngobrolnya." Aku mengikut saja apa kata Indira, selagi ia bisa sabar menungguku karena tidak bisa berjalan dengan cepat.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang