Siang harinya, tepat saat waktu makan siang di hotel.
Andin dan Mirna pergi ke kafetaria untuk mengambil makan siang mereka. Sambil jalan, tak henti-hentinya kedua wanita itu mendengar bisikan heboh yang menyatakan kedatangan seorang artis terkenal yang akan melakukan konferensi pers di hotel tempat mereka bekerja.
Mirna dan Andin duduk di dekat jendela bersama dengan dua pegawai lainnya dari departemen lain. Meski wajah kedua orang itu tak asing, namun keduanya hanya bertukar sapa singkat lalu melanjutkan makan masing-masing.
"Apa kau juga sudah mendengar berita itu?"
Disela-sela mereka makan, Mirna bertanya.
"Tentang adanya artis yang datang hari ini?" tanya Andin balik dengan nada tak yakin.
Mirna menggelengkan kepalanya. Sebelum bicara, ia menelan suapan nasi di dalam mulutnya. "Bukan itu. Tapi soal direktur hotel kita yang turut muncul di konferensi itu,"
"Tidak." jawab Andin singkat, tak peduli.
Mirna mengerang, kesal dengan sikap temannya yang acuh tak acuh. "Ndin, yang aku bicarakan itu soal direktur kita, pemilik hotel ini. Masa kau tidak penasaran sih?"
"Tidak sama sekali,"
"Mungkin hanya kau saja karyawan di hotel ini yang tidak tertarik mengikuti gosip direktur tampan kita itu." celetuk Mirna seraya mengedarkan pandangannya sekeliling.
Mendengar perkataan temannya itu, Andin untuk sesaat menghentikan makannya. Untungnya, Mirna tidak melihat tingkahnya yang aneh. Kalau tidak, mungkin dia sudah diberondongi banyak pertanyaan yang berkaitan dengan direktur yang mereka bicarakan.
"Kau salah, Mir," batin Andin sambil menunduk, menyembunyikan sorot matanya yang sedih agar tidak dilihat oleh Mirna. "Faktanya, aku sama seperti kau yang cukup penasaran dengan kehidupan direktur kita. Itu sebabnya saat aku mendengar gosip tentangnya, aku pun merasa penasaran dan ingin tahu. Sama sepertimu."
Namun dia tidak pernah menunjukkan ketertarikannya dan antusiasnya secara terang-terangan pada teman-temannya. Bahwa kenyataannya dia pun tak jauh berbeda dengan para karyawan wanita hotel ini yang mengagumi sosok direktur dari Hotel Pelita.
Meski sosok direktur mereka digambarkan sebagai seorang yang dingin dan misterius, tak membuat kekaguman terhadap pria itu berkurang. Dan pada saat akhirnya dia bertemu secara dekat dengan sosok yang dikaguminya secara diam-diam, ia merasakan ketidakpercayaan sekaligus merasa dunianya runtuh akibat ketidakmungkinan.
Andin tak akan pernah lupa, pria asing yang tidur dengannya tak lain adalah pria itu, direktur dari hotel Pelita yang terkenal akan keberadaannya yang tersembunyi.
"Ndin ... Andin," Mirna berulang-ulang memanggil temannya yang sedang melamun. Entah sejak kapan. Saat dia kembali fokus pada makannya, dia mendapati Andin sudah berhenti makan dan pandangannya seakan tak fokus menatap ke luar jendela.
Andin tersentak, pulih dari lamunannya saat tangannya ditepuk pelan oleh Mirna.
"Ada apa?"
Mirna kemudian menunjuk menggunakan dagunya ke arah belakang Andin. Seseorang telah berjalan menuju ke meja mereka.
Berpaling ke belakang untuk melihat ke arah yang ditunjuk oleh sahabatnya itu, Andin terkejut.
"Apa kau mau aku tinggal sendirian, atau kita pergi dari sini segera?" tanya Mirna seraya mengintip ekspresi Andin dengan khawatir
***
Katrin, seorang artis terkenal ibu kota yang memulai karirnya menjadi model sebuah pakaian brand terkenal di Perancis.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...