Andin tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Al. Yang ia lihat dan cukup membuatnya malu adalah cara Aldebaran menatap lama sekali pada dadanya, dan bahkan pada bekas luka itu.
"Apa ini tidak sakit?"
"Ya?" Andin melihat ke bawah, pada tangan yang mengelus dadanya hati-hati sekali.
"Payudaramu lebih bengkak dari pada yang terakhir,"
"Tidak apa-apa. Hanya sedikit nyeri saja."
Tepat saat kalimat itu selesai terucap, Al membenamkan wajahnya di sana. Dan jeritan kesiap langsung terdengar di ruang yang hening.
Al langsung mengangkat kepalanya, sedang Andin seketika itu memalingkan muka. Kendati demikian, matanya yang berkaca-kaca tidak luput dari perhatian pria itu.
Seolah tidak memerhatikan apa pun, Al kembali melanjutkan, memberikan ciuman ringan di sepanjang kulit telanjang yang dia lihat. Sampai kemudian, dia berhenti di sana. Di bekas luka yang tampak memerah.
"Tidak, jangan cium. Itu jelek," Andin merintih, ingin bebas dari genggaman suaminya di pinggang yang begitu erat tapi tidak bisa.
"Tidak jelek," balas Al acuh tak acuh.
Al tidak menghentikan kecupan demi kecupan yang ia labuhkan pada bekas jahitan melintang di perut. Kulit di sana terasa kasar, berwarna merah dan tampak aneh. Tapi, dia tidak memedulikan apa pun.
"Al... Umh...." Tangan Andin tanpa sadar meraih ke depan, pada rambut tebal pria itu agar segera menghentikan ciumannya.
"Ini hanya ciuman, dan perutmu sudah kaku. Kau gelisah Andini. Kelihatan tidak nyaman di mataku. Masih bersikeras ingin melanjutkan?"
Wanita itu tidak langsung menjawab. Tapi menutup mata serta menstabilkan napasnya yang tadi memburu.
"Andin...." panggil Al lembut, "Bila kau bersikeras melanjutkan. Aku mungkin tidak bisa menahan diri lagi. Saat nanti aku menyentakmu kuat, perutmu pasti tegang, dan kemungkinan besar bekas luka ini terkena dampaknya." lanjutnya seraya mengelus bekas jahitan yang dimaksud.
Mendengar penjelasan itu, netra yang tadinya terpejam lantas membuka. Andin memandangi langit-langit kamar mereka dengan tatapan kosong.
Al tidak menunggu Andin menjawab pertanyaannya saat dia kembali melanjutkan bicara.
"Kau masih ingin melanjutkan ini?"
Hening.
Lama kemudian, akhirnya Andin bersuara, "Tapi aku sudah berjanji padamu,"
"Aku rela janji itu tidak kau tepati." timpal Al tulus.
"Apa kau tidak ingin melakukannya?"
"Ingin. Sangat ingin sekali."
Andin terdiam. Butuh beberapa detik sampai kemudian dia kembali bicara, "Lalu, kenapa kau selalu menolak untuk menyentuhku? Apakah aku sudah tidak kelihatan menarik lagi? Setelah melahirkan... Aku, tubuhku lebih berisi kan. Aku menyadari itu. Apakah karena ini---"
"Umh!"
___
Sudahkah aku ingatkan kalau novel ini bergenre roman dewasa? Meskipun non-explisit, tapi mohon bijak dalam mencari bacaan ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...