Bab 51 - Cumbuan Sebagai Pengingat

807 35 0
                                    

..... 🦋🦋🦋

"Sssttt-- berhenti menangis, Ndin. Maafkan aku...." ujarnya lalu membenamkan wajahnya yang dipenuhi sesal di ceruk leher sang istri. "Maaf,"

Pengalaman itu pertama kali dia rasakan. Dan itulah alasan mengapa dia takut. Dibandingkan dengan pergumulan mereka di hotel yang tak sengaja itu, meski awalnya sakit, tapi pria ini masih menghargai dirinya dan tidak lepas kendali. Tapi yang barusan... kedua kakinya yang masih gemetar dan sisa-sisa kesenangan tadi belum menghilang.

Keduanya berbaring saling berpelukan seperti itu. Meski Andin merasa punggungnya mulai nyeri, ia tidak mau mengubah posisi itu. Karena nyaman.

"Al, aku lapar."


"Jangan terus melihatku seperti itu, kalau aku bergairah lagi padamu, kau pasti tak akan sanggup jalan besok." Al mengingatkan dengan suaranya yang malas tanpa berbalik. Ia sudah menahan-nahan tadi. Tidak lepas kontrol karena takut menyakiti Andin lebih lagi.

___

Selagi Andin menunggu makanannya tiba, wanita itu jatuh tertidur dengan TV yang dinyalakan.

Al menaruh makan malam di sofa di depan TV. Lalu keluar lagi dari kamar untuk mengambil susu buat Andin minum dan juga buah-buahan.

Setelah siap, Al membangunkan Andin.

"Ndin, ayo makan dulu."

Butuh usaha keras bagi Al membuat istrinya yang tampak lelap tidur itu bangun. Selimut yang menutupi tubuh telanjang sang istri disingkapnya ke samping, dan jubah mandi berbahan tebal nan lembut dipakaikannya ke tubuh Andin demi menutupi ketelanjangannya.

Selama Al mendandaninya, Andin masih linglung dengan kedua mata mengantuk. Sebelum makan, pria itu menggendong sang istri ke kamar mandi, mengelap wajahnya dan sisa pergumulan mereka dengan handuk, lalu setelah bersih, dibawanya lagi Andin ke dalam.

"Apa yang tadi kau lakukan?"

"Menyekamu. Kau tak lihat?"

"Makan sekarang sebelum supnya dingin." perintahnya lembut begitu perhatian.

"Tumben sekali bibi masak ini?"

"Bibi sudah pergi, jadi aku yang masak."

"K-kau yang masak? Memang bisa?" tanyanya tak percaya laki-laki seperti Aldebaran bisa memasak. Ia tak dapat membayangkan pria berwibawa ini disandingkan dengan dapur. Seperti apa itu tadi? Apa sangat sexy seperti para chef handal yang biasa dilihatnya di TV? Dia jadi penasaran ingin melihat.

"Kapan-kapan kalau kau masak lagi, ajak aku." Celoteh Andin disela makannya. Supnya sangat lezat, bumbunya pas dan kaldunya enak. Apalagi telur orak-arik itu.

"Kau mau masak juga?"

"Tidak, aku jadi penonton saja." Sahut Andin enteng.

Aldebaran menatap Andin dengan pandangan aneh yang sulit diartikan.

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang