Bab 127

151 9 0
                                    

"Mama saya bukan penipu." jawab Andin dengan suara bergetar.

"Andin, jangan, jangan begini. Mama tidak mau kau menyesalinya."

Mendengar perkataan Andin, Surya sakit hati. Tidak tahukah seberapa kehilangannya dia dalam beberapa tahun belakangan ini? Istri sahnya bunuh diri, dan putri semata wayangnya menghilang.

Dia kira, masa-masa kelam itu telah mendinginkan hatinya jadi mati rasa. Tak sampai hari ini datang, akhirnya dia tahu bila ternyata hati yang dikiranya telah beku, dapat merasakan sakit serupa layaknya dahulu.

Andin menundukkan wajahnya. Merasakan tusukan sakit pada jantungnya saat dia melihat air mata jatuh dari kedua mata pria paruh baya didepannya sekarang.

Mengapa hatinya jadi sakit sekali? Padahal, jelas-jelas dia baru mengenal pria ini baru-baru ini.

Mengapa, mendengar nada kecewa pria ini, serta melihat raut sedihnya, dia juga seperti merasakan ketidaknyamanan yang pria itu rasakan. Seolah-olah, sesuatu yang sedari awal telah terhubung, kini kembali mengerat.

Surya pergi dari rumah Sarah dengan langkah linglung. Raut wajahnya yang penuh luka tercermin jelas dalam ingatan terakhir Andin.

Tiba di depan pintu keluar, Surya yang sudah diambang batas, ambruk. Seorang petugas kebersihan gedung itu tak sengaja lewat dan melihat pria paruh baya itu tergeletak di lantai.

"Tolong, ada orang pingsan!"

***

Kedua orang itu tidak saling bicara. Andin yang merasa malu, sedih, serta perasaan campur aduk lainnya tidak berani menemui prianya.

Di saat dia mencoba untuk menenangkan diri sendirian, dia tak menyangka Al akan datang.

Al berjalan mendekat. Sedangkan Andin tidak bergerak barang sedikitpun. Seolah menunggu prianya itu yang datang padanya. Menyelamatkannya seperti biasa dari rasa sakit yang kini mendera hatinya.

"Aku bertanya pada Elsa keberadaanmu, dia berkata kau tidak mau di ganggu dulu. Tapi meski tahu kau ingin sendirian kali ini, aku tidak bisa menghentikan diriku untuk datang padamu. Apakah kedatanganku mengganggu?"

Tidak ada jawaban.

"Andin, kalau kau keberatan aku berada di sini, katakan sekarang. Aku akan pergi kalau kau yang minta begitu."

"Aku tahu kau tidak bermaksud seperti itu." Al membalas dengan suaranya yang lembut. Saat tiba di depan sang istri yang tertunduk wajahnya, Al mengulurkan tangan demi bisa mendekap sang wanita dalam pelukan.

"Aku tidak bermaksud untuk menyakiti siapa pun. Aku hanya tidak tahu harus bersikap bagaimana dalam situasi membingungkan seperti itu. Andai saja orang itu mau memberiku kesempatan, aku tidak akan menjawab pertanyaannya dengan ketus, Al. Tapi kenapa Tuan Surya tidak sabaran? Kenapa juga harus terus mengolok-olok mama?"

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang