Bab 52 - Tanda Kepemilikan

654 28 0
                                    

Andin tercekat, kedua bola matanya hampir keluar dari rongganya saking terkejutnya dia dengan pemandangan tubuhnya sendiri. Tanda-tanda merah ini.

Tok! Tok! Tok!

"Ndin, kenapa kau lama sekali di dalam?"

Suara Al terdengar khawatir karena Andin tak kunjung keluar. Padahal suara air telah dimatikan.

"A-Aku, aku keluar sekarang."

Begitu pintu itu terbuka, keduanya saling bertatapan.

Al mengernyitkan kening ketika dilihatnya Andin tengah menatapnya -- kesal?

"Ada apa?"

"Lihat ini," katanya seraya mengangkat lehernya.

"Ya? Kenapa?"

"Lihat baik-baik."

"Kau minta di cium?" tanya pria itu semakin tak mengerti.

"Tidakkk ... Lihat baik-baik ulahmu ini tadi malam!" Andin berseru jengkel karena ketidakpekaan sang suami.

Al mendekatkan wajahnya, masih tak paham maksud Andin apa. Tidak bisakah wanitanya ini langsung mengatakan dengan jelas apa masalahnya? Mengapa wanita suka sekali membuat sakit kepala para pria?

"Lehermu sexy, aku menyukainy--- Aduh," serunya terkejut begitu lengannya kena pukul.

"Al bodoh! Mesum! Kau tak lihat leherku merah begini? Bukannya cuma di sini saja, dada, pinggul, perut dan--- dan ...." Andin tergagap, tidak bisa melanjutkan akibat malu luar biasa.

"Dan?"

"Tidak bisakah kau langsung paham apa maksudku?!"

Pria itu tergelak, senang sekali membuat istrinya kesal. Ia meraup Andin masuk ke dalam pelukannya, sedikit diangkatnya tubuh gemuk itu hingga jeritan sang wanita terdengar, hampir memecahkan gendang telinganya.

"Jangan marah-marah. Ini masih pagi. Dan masalah kulitmu yang memerah, kau kan bisa menutupinya dengan memakai baju berkerah." bujuknya lembut seraya menumpukan dagu di atas kepala Andin.

"Huh," Andin mendengkus, masih ingin mengomel namun dia sudah luluh duluan. "Tidak boleh begini lagi di masa depan."

"Okey, akan aku ingat."

...... 🦋🦋🦋🦋

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang