Bab 36 - Mendapat Restu

350 28 0
                                    

Para pelayan telah selesai menyiapkan makan malam. Bersamaan dengan hidangan terakhir diletakkan di atas meja, Hartawan bersama dengan asistennya masuk ke dalam rumah.

Rossa bangun dari duduk, wajahnya masih berseri-seri kala dia menyambut pulang sang suami.

"Pa, cepat duduk. Makan malam sudah siap."

Hartawan mengangguk, "Putramu?"

"Ada di dalam juga bersama Andin. Jangan tunjukkan ekspresi menakutkan  begini, nanti Andin takut melihatmu." ujar Rossa mengingatkan Hartawan agar mengubah raut wajahnya jadi agak ramah.

Bagaimanapun yang menunggu mereka di dalam sana itu bukanlah orang asing, melainkan calon mantu rumah ini.

Mendengar nasehat Rossa, Hartawan menampilkan senyuman. "Begini?"

"Ya, jangan begitu juga dong. Tulus sedikit, memang tidak bisa." komentar Rossa lagi. Bahkan untuk masalah sepele pun akan dia ributkan di rumah ini. Baik Al maupun Hartawan sudah terbiasa, malah kalau tiba-tiba Rossa itu bersikap lebih pendiam, mereka justru khawatir sekali.

Apabila Hartawan dikenal oleh anak buahnya sebagai atasan bermuka datar dan dingin, maka untuk keluarganya, pria tua itu dikenal sebagai sosok ayah dan suami yang hangat dan baik hati.

Rossa membawa sang suami menemui Andin dan Al yang telah menunggu di meja makan.

Kedua orang yang tadinya saling mengobrol lantas langsung menyudahi obrolannya tatkala melihat Rossa dan Hartawan datang.

Andin nampak gugup ketika melihat Hartawan. Pasalnya, pertemuan pertama mereka agak canggung kala itu dan dia masih bisa merasakan tatapan tajam ayah Al saat pertama kali melihatnya di apartemen. Berbanding terbalik dengan Rossa yang dianggapnya sebagai seseorang yang mudah di dekati, maka ayah Al tidak demikian.

"Papa dengar kalian akan memutuskan menikah?"

Secara blak-blakan di sela mereka mulai makan, Hartawan memulai percakapan.

"Ya, Pa itu benar. Kami sudah memutuskan bulan depan kami menikah." jawab Al setelah menelan makanannya.

"Papa sudah mendengar penjelasan dari mamamu, Al. Demi menjaga nama baik kedua keluarga, papa dan mama sepakat untuk merestui kalian berdua. Tapi, untuk kabar pernikahan, kita tidak bisa melakukannya dengan tergesa-gesa. Apalagi dengan kehamilan Andin, pasti sulit sekali ditutup-tutupi."

Ketiga orang itu mendengarkan dalam diam dan serius kalimat demi kalimat dari Hartawan.

"Apa papa punya saran bagus?" Walaupun Aldebaran memiliki pemikiran yang sama dengan ayahnya, ia tetap bertanya hanya untuk memastikan kalau pilihannya tidaklah salah.

"Tunda dulu resepsi pernikahannya sampai Andin melahirkan. Kalian urus saja surat pernikahannya duluan, karena status hubungan kalian berdua lah yang paling penting sebelum kelahiran bayi itu."

Rossa melirik ke arah Andin yang banyak diam. Sebagai seorang wanita, pernikahan merupakan momen sakral yang harus dipikirkan sekali seumur hidup. Dan mengenai resepsi, siapa memangnya wanita di dunia ini yang tidak mau melangsungkan pernikahannya dengan meriah? Memakain gaun indah, dikagumi banyak orang, menjadi ratu semalam?

Ketika Rossa ingin menyela keputusan itu, suara Andin terdengar.

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang