Sarah menatap lama pada pria muda di depannya kini. Mengamati lekat-lekat apakah ada kebohongan di raut wajah tampan itu atau tidak. Saat dia tidak menemukan tanda kemunafikan, barulah dia menampakkan senyum keibuannya yang lama sekali tidak nampak.
"Mama bisa lega meninggalkan Andin ditanganmu, Aldebaran. Pada awalnya, mama takut jika Andin akan memiliki nasib sial sepeti yang mama alami. Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita dan terus disalahpahmi itu tidak menyenangkan sama sekali. Apalagi disaat bersamaan harus menanggung kebencian seseorang yang kita cintai. Saat mama tahu bagaimana hubungan kalian terjalin, mama merasa marah dan takut. Mama takut Andin akan menjadi seperti mama. Tapi untungnya, kekhawatiran mama tidaklah perlu. Karena mama lihat, kau tidak sama seperti orang itu."
"Aku tidak punya apa pun untuk bisa meyakinkan mama agar percaya padaku. Tapi, tolong percayalah, meski hubungan kami berawal dari insiden seperti itu, aku dengan tulus mencintai Andin. Sampai kapanpun perasaannku tidak akan berubah. Jika suatu hari nanti aku mengingkari janjiku, aku bersedia menanggung hukuman apa pun sebagai pembalasan."
Mendapati ketegasan dan kesungguhan dari kalimat Aldebaran, Sarah mengangguk mengerti.
"Maka mama bisa tenang sekarang. Tolong, jaga dan cintai putri mama, Aldebaran. Dan berlakulah baik padanya. Andin sudah cukup menanggung penderitaan selama bersama mama, dan mama berharap dengan bersamamu, Andin tidak perlu mengkhawatirkan apa pun."
"Aku tidak bisa menjanjikan tidak akan menyakiti Andin suatu hari nanti, Ma. Karena aku juga cuma manusia biasa yang bisa saja khilaf dan salah. Tetapi, aku akan berusaha untuk tidak menyakiti istriku."
.
.
.Tepat di waktu subuh, ruangan yang tadinya hening langsung berubah. Tampak dari salah satu kamar, Al keluar sambil menggendong Andin.
Elsa yang tidur bersama Sarah merasa terganggu akan suara di luar kamarnya. Akhirnya, dia pun keluar untuk mencari tahu.
"Apa yang kakak lakukan pagi-pagi begini?" tanya Elsa dengan mata mengantuk.
"Sssttt... Kakakmu masih tidur, Sa. Aku mau pergi sekarang. Tadi malam sudah berpamitan pada mama." jawab Al dengan nada pelan seraya memastikan apakah Andin bangun atau tidak. Beruntung sekali Andin tidak terusik dengan kehadiran Elsa barusan.
"Kenapa tidak besok saja?"
"Aku harus pergi sekarang. Orang-orangku sudah menunggu di bandara."
"Bandara?" tanya Elsa terkejut.
Al tak punya waktu untuk menjelaskan lebih. "Aku akan menyuruh Andin meneleponmu besok saat kita sudah tiba di villa. Sekarang, apa aku boleh pergi?"
Walaupun Elsa masih penasaran, dia menahan diri untuk terus bertanya. Dia mengikuti Aldebaran yang membawa Andin keluar.
Tiba di koridor, Al menyuruh agar Elsa kembali masuk.
"Kalau begitu, hati-hati di jalan. Dan jangan lupa menghubungi aku nanti, Kak."
Andin sama sekali tidak sadar dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Wanita itu terlelap tidur dalam pelukan Aldebaran.
"Apakah pesawatnya sudah siap?" Begitu turun dari mobil, Al bicara pada Riza yang baru saja datang. Dibelakang pria itu terdapat dua pria lain yang akan menjaga mereka selama dalam perjalanan mendadak ini.
"Sudah siap, Tuan Muda."
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...