"Tunggu, kau mau kemana?" tanya Al saat Andin berniat bangun namun lengannya di pinggang sang istri menghentikannya.
Memutar tubuhnya yang dipeluk erat itu ke belakang, Andin menjawab polos, "Sarapan. Katanya kau mau mengajakku sarapan di luar."
"Kau sudah selesai?"
"Ya. Apa ada yang kurang?"
"Biar ku cek. Apa ada yang kurang atau tidak pada dirimu." ucap Al dengan senyum nakal yang tersembunyi.
"Mengecek apa--- Aldebaran!" Andin berseru kaget. Tangannya dengan sigap meraih tangan sang suami yang sudah berkeliaran menelusuri tubuhnya.
"Ini masih pagi!" katanya melotot.
"Lalu kenapa kalau pagi? Toh, tidak ada orang yang melihat." jawabnya kalem.
Mendengar suaranya yang seolah tak bersalah itu membuat Andin gemas. Rasanya tangannya gatal ingin memukul prianya ini.
"Cuma menyentuh sedikit, masa tidak boleh. Tadi pun aku cium sebentar, kau sudah memarahi aku. Sekarang, cuma meraba pahamu saja, aku kau mau pukul juga. Terus, kalau aku mau sentuh-sentuh, jika bukan padamu, lalu pada siapa?" Al berkata merajuk. Seolah dengan dia berkata seperti itu dapat membuat Andin luluh dan dia bisa dengan bebas mengapa-apakan istrinya.
"Raba sendiri pahamu,"
"Mana enak."
"Mana kutahu enak atau tidak. Kau coba saja raba sendiri."
Al sejujurnya ingin tertawa tapi ditahannya karena tak mau merusak pertengkaran absurd mereka. Ia hanya mendusalkan wajahnya pada punggung Andin demi menyembunyikan rona gelinya karena berhasil membuat Andin kesal.
Tingkah Al yang seperti itu disalahpahami oleh Andin sebagai tanda suaminya marah. Ia menepuk lengan prianya pelan. Dan bicara dengan nada pelan, "Kau marah?"
"Aku merajuk," sahut Al mirip gumaman di punggung Andin.
"Kita tidak jadi pergi makan?"
"Jadi pergi sebelum kau izinkan aku menciummu."
"Tumben sekali," balas Andin dengan alis terangkat naik. "Sebelum-sebelumnya tanpa minta izin pun, kau selalu menciumku. Sekarang, kau jadi aneh."
"Kau yang aneh."
"Oke, aku yang aneh." setuju Andin biar mereka segera menyudahi pertengkaran kecil ini.
"Kalau kau merajuk, aku harus bagaimana?" lanjutnya lagi bertanya.
Mendengar sang istri bertanya begitu, senyum lebar terpatri di wajah Aldebaran yang tadi tersembunyi di punggung Andin. Seolah menang karena berhasil membuat Andin pasrah. Senyum senangnya barusan dengan cepat menghilang, lalu dia mengangkat wajahnya demi bisa melihat sang istri.
"Biasanya, selalu aku yang mencium. Bagaimana kalau kau coba cium aku duluan?"
😚
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...