Andin tinggal bersama dengan temannya di sebuah apartemen untuk sementara waktu. Di saat dia berpikir akan mencari kontrakan baru, tawaran tak terduga dari anak buah Aldebaran datang padanya.
Itu adalah hari liburnya, saat seorang wanita berusia 30-an mengetuk pintu dan datang khusus untuk bertemu dengannya.
"Saya di suruh oleh Pak Aldebaran untuk menyampaikan beberapa pesan pada Anda, Ms. Andin. Saya harap saya tidak mengganggu waktu istirahat Anda."
"Tidak, tidak. Anda sama sekali tidak mengganggu.
Wanita yang diketahui bernama Felicia itu tersenyum. "Kalau begitu saya akan langsung saja. Anda dapat membaca surat-surat ini dulu sebelum mendengarkan penjelasan dari saya."
Sebuah map berwarna kuning di serahkan kepada Andin untuk dia baca. Walau awalnya bingung, ia tetap melakukan perintah wanita itu. Ia membaca isi di dalam surat itu yang katanya pesanan dari Aldebaran.
Selama dia membacanya, raut wajahnya tampak berubah-ubah.
"Apa maksudnya ini?"
"Pak Al telah mengetahui kondisi Anda, Ms. Andin,"
"Dia memata-mataiku?" tanya Andin kaget.
"Pak Aldebaran melakukannya demi memastikan keselamatan Anda. Dengan Anda yang memilih tinggal bersama dengan teman, alih-alih dengan keluarga. Pak Al berasumsi, Anda mungkin ingin menyembunyikan kehamilan itu dari orang lain." Wanita itu menjelaskan seraya mengangkat kacamata yang bertengger di hidungnya.
Andin terdiam. Tebakan Al sama sekali tidak salah. Karena memang itulah yang dirinya lakukan sekarang. Ia pergi dari rumah orang tuanya, hanya demi menghindari ibu dan adiknya tahu tentang kondisinya.
"Mengenai pernikahan yang dikatakan direktur, tawaran itu masih berlaku apabila Anda nanti berubah pikiran."
"Itu tidak akan mungkin," Respons Andin mulai kesal.
Felicia tidak keberatan perkataannya di sela. "Karena demikian, satu-satunya yang dapat Anda pilih adalah dengan tinggal di tempat yang telah direktur kami sediakan untuk Anda. Selama masa kehamilan itu, Anda akan ditunjang keseluruhan kebutuhan Anda."
Dan serangkaian tawaran yang menggiurkan dari Aldebaran mengalir dari bibir Felicia. Andin jadi tak berkutik dibuatnya. Dengan tawaran menarik semacam itu, adalah hal bodoh apabila dia masih menolak.
Aldebaran tidaklah salah menebak. Walau mereka baru beberapa kali bertemu, tampaknya penilaian tajam pria itu begitu berpengaruh di sini.
"Beri aku waktu untuk memikirkannya," ucap Andin merasa tak berdaya. Tahu bahwa sesungguhnya dia tak punya pilihan lain, permintaan seperti meminta waktu untuk berpikir adalah demi meyakinkan dirinya sendiri akan pilihan yang dirinya ambil.
Felicia mengangguk mengerti. Ia mulai membereskan surat-surat di atas meja. Yakin, bila nanti wanita muda di hadapannya itu mau membubuhkan tanda tangannya di atasnya, dan itu artinya pekerjaannya akan selesai. Karena tidak sekarang, maka surat itu harus dirinya bawa kembali.
"Kalau begitu saya pamit undur diri. Apabila Anda telah berubah pikiran, Anda dapat menghubungi saya langsung atau panggil saja Pak Aldebaran. Beliau akan segera datang untuk menemui Anda, begitu pula dengan saya."
"Ya, baiklah." Andin setuju, lalu mengantar Felicia sampai depan pintu. Sampai sosok wanita itu menghilang di lorong, ia kembali duduk di dalam. Merenung.
***
Di sebuah restoran cepat saji sebagai menu utama, Elsa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya datang lebih awal ke tempat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...