Bab 55. Permohonan

291 25 0
                                    

Mobil berwarna hitam yang dikendarainya melaju cepat menuju ke apartemen. Al sudah sangat terlambat pulang ke apartemennya. Sangat terlambat pula untuk menepati janjinya pada Andin yang berkata akan mengajak istrinya itu makan malam.

Terjadi kecelakaan tak terduga di perusahaan. Yang mengharuskan dia menanganinya terlebih dulu. Dia sudah telat satu jam dari waktu kepulangannya yang biasanya. Dia harap semoga Andin tidak ngambek nanti.

Al memasuki basement, memarkirkan mobilnya di sana, lalu naik lift menuju ke lantai tempatnya tinggal. Ketika dia sudah berada di lorong, ia melihat seorang pria yang tak disangkanya berdiri di depan pintu apartemennya.

"Apa yang Anda lakukan di sini?"

Pria yang sedari tadi berdiri itu, menolehkan kepalanya ke samping.

"Aku sudah mengabari asistenmu, memberitahumu kalau aku akan datang kemari. Kenapa kau malah terkejut begitu? Memangnya, bawahanmu tidak memberitahu?"

Al berjalan mendekat, menatap datar tanpa ekspresi pada paman di hadapannya. "Kalau memang Anda membutuhkan sesuatu, tidak perlu datang kemari. Kita bisa bertemu secara formal sebagaimana mestinya."

Tidak marah mendengar nada celaan dari keponakannya, pria itu justru tersenyum. "Sudah lama sekali kita tidak jumpa, dan beginilah kau menyambut pamanmu sendiri? Orang yang selama ini mengasuhmu? Kau tidak berubah juga rupanya, masih tak punya etika. Apa caraku mendisiplinkanmu selama ini masih kurang tegas?"

Sebagai seseorang yang lebih tua, dia terkenal dengan pribadi yang menentang keras ketidaksopanan. Dan sambutan Al padanya, termasuk dalam sifat yang sangat dibencinya.

Aldebaran merapatkan bibirnya dalam diam. Sejujurnya dia tak mau bertemu dengan pamannya ini lagi. Tetapi, dia juga tak bisa menolak ataupun mengusirnya karena hal itu bertentangan dengan hati nuraninya.

"Jika ada yang ingin Anda katakan, saya bisa meluangkan waktu untuk Anda. Tapi, tidak disini. Saya tidak bisa membiarkan Anda masuk." katanya dengan suara tegas.

"Kenapa aku tidak diizinkan masuk? Kau takut aku bertemu dengan wanitamu? Perempuan yang tengah hamil itu? Istrimu?"

Raut wajahnya berubah seketika, begitu mendengar kata demi kata yang pamannya lontarkan. Lihatlah bagaimana dia berusaha menyembunyikan keberadaan Andin dari diketahui orang-orang sekitarnya. Begitu ketat dan terjaga. Namun usahanya itu tampaknya jadi sia-sia karena pada akhirnya, keberadaan Andin dan statusnya telah diketahui juga.

"Bagaimana--?"

Al yang ingin bertanya bagaimana pria di depannya ini tahu akan keberadaan Andin, jadi urung mengatakannya saat dia tahu, pamannya ini memiliki pengaruh yang sama seperti keluarganya sendiri. Maka mudah bagi pamannya ini untuk mengetahui kehidupan pribadinya.

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang