___
"Harus ya masih ungkit-ungkit kemarahanmu yang tadi malam? Aku sudah senang sekali tadi, karena kupikir pagi ini kau tidak akan membicarakan soal kemarahanmu, tapi rupanya masalah itu tetap belum kelar juga." Al berkomentar dengan nada lembut. Takut saja bila dia mengatakan kalimat yang salah, yang akhirnya menyulut kembali kemarahan Andin.
Tadi malam itu, sehabis dia dari kamar mandi, tidur tidak bisa memeluk Andin itu rasanya tidak enak sekali. Dia tidak mau, nanti malam merasakan hal yang sama lagi.
"Biar kau ingat, aku ini sekarang masih kesal. Makanya, aku ajak kau sarapan di luar biar bisa kuhabiskan uangmu."
"Ah, tidak masalah," ucap Al dengan senyuman lebar."Lagipula, aku punya banyak uang di sini. Buat makan mewah di luar tiap hari pun, tak akan membuatku bangkrut. Selama kau senang, itu sudah cukup buatku."
Andin mendengkus. Niatnya mau bikin suami kesal, malah jadi dirinya yang emosi.
Masih dengan posisi saling berpelukan, Al kemudian bertanya, "Kartu kredit yang aku berikan buat kau pakai, saldonya masih banyak. Aku tidak menerima notifikasi apa pun di ponselku. Kartu itu, kau simpan di mana?"
"Kenapa bertanya? Mau kau ambil lagi?" Andin bertanya curiga sekaligus antisipasi. Kartu kredit yang dimaksud oleh Al itu memang tak pernah dia pakai untuk belanja apa pun.
Bagaimana mungkin dirinya gunakan, mengingat apabila selama menjadi istrinya saja dia tidak kekurangan apa-apa.
"Mana mungkin aku ambil lagi? Aku bertanya karena kau wanita yang aneh ... tunggu, tunggu, jangan marah marah dulu. Maksudku adalah, aku baru pertama ini kenal perempuan super hemat sepertimu."
"Kau sedang memuji aku atau menghina?"
Tak berdaya menghadapi pikiran buruk Andin, Al pun menjelaskan, "Tentu saja memuji."
"Kau curigaan sekali jadi orang." gerutu Aldebaran lirih, secara diam-diam.
"Aku simpan kartu-kartunya. Mau diambil?" tanya Andin segera mulai melepaskan diri dari pelukan sang suami.
Al semakin mengencangkan pelukannya di pinggang istrinya, tidak memperbolehkan Andin pergi ke mana-mana.
"Tidak perlu, aku hanya bertanya saja. Tapi, Ndin, setelah ini, kau tak perlu berhemat. Gunakan saja kartu itu sesukamu. Kalaupun nanti habis, aku tambah lagi uangnya."
"Serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...