Bab 39 - Fitting

329 29 0
                                    

....

Membuka kamarnya, Andin lebih dulu mandi air hangat, setelah selesai, mengenakan piyamanya lalu berbaring. Sayangnya, meski kedua matanya terasa mengantuk, dia tidak bisa tidur akibat sakit punggung dan kedua kaki yang terasa menusuk-nusuk.

Tak tahan dengan rasa sakit itu, ia menangis dalam diam di kamarnya sendiri. Tangisnya terus berlanjut seiring kedua tangannya sibuk memijit kedua betisnya secara bergantian.

Di kamar yang lain, Al yang memang pulang dari sejam lalu, memutuskan keluar dari kamar ketika mendengar suara pintu di kamar sebelah ditutup.

"Apa Andin sudah pulang?" gumamnya seraya berdiri di depan pintu kamar wanita itu.

Ragu-ragu ingin masuk ke kamar Andin atau tidak, pada akhirnya ia pun memilih yang pertama.

Ceklek!

Begitu Al masuk ke dalam kamar Andin, yang dia temui adalah ruangan temaram.
Semakin Al berjalan mendekat ke dalam ruangan kamar itu, semakin dia bisa mendengar suara seseorang sedang menangis.

"Andin?" panggilnya dengan sepasang mata terkejut sebab menemukan sang wanita tengah menangis. "Ada apa denganmu?"

Buru-buru ia mengambil langkah panjang. Tampak khawatir karena Andin yang menangis.

Melihat kedatangan Aldebaran di kamarnya, Andin tak punya waktu menghapus air mata yang telah membasahi kedua pipi. Saat dia ingin menghapus bulir air mata itu, tangan Al telah lebih dulu mencegahnya.

"Katakan, apa yang terjadi?"

Andin menunduk. Awalnya tidak mau menjawab, namun setelah Al memanggil namanya, ia berkata dengan suara serak, "Kakiku sakit, hiks...."

"Coba sini, biar aku lihat," kata Al seraya menjauhkan tangan Andin dari kakinya sendiri.

"Di sini?" tanyanya yang langsung diangguki Andin.

"Apa saja yang kau lakukan sampai kakimu sakit begini?" Sambil terus memijat betis Andin, Al bertanya penasaran.

"Mama mengajakku ke banyak tempat seharian itu."

"Kau tidak bilang pada mama kalau capai?"

Andin menggeleng. Mana mungkin dia memberitahu ibu Al kalau dia kelelahan?

"Bodoh!"

"Kau mengatai aku bodoh?!" Andin berseru tak terima.

Al bergeming, merapatkan mulutnya ketika dilihatnya Andin menatapnya jengkel. "Tunggu di sini, biar aku siapkan air hangat untuk merendam kakimu."

Ia mengisi bath-tub dengan air hangat sampai setengah. Setelah selesai, dia kembali menemui Andin.

"Bisa jalan atau mau kugendong?" tawarnya yang langsung di tolak Andin.

Meskipun Andin merasakan letih luar biasa, ia tetap bangun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi diikuti oleh Al di belakangnya.

"Duduk, biar aku bantu gulungkan celana piyamamu."

Dengan patuhnya, Andin duduk di dekat bath-tub. Tatapannya kemudian turun, mengamati sosok Al yang mana kini berlutut di depannya.

Setelah selesai membantu Andin, Al menyuruh wanita itu masuk ke dalam air.

"Apa yang kau lakukan?" Andin nampak kaget ketika dilihatnya Al membuka celana piyamanya.

"Seperti yang sudah kau lihat, buka celana. Kenapa?"

... 🦋🦋🦋🦋

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang