Bab 77 - Mau Pipis

662 33 0
                                    

🦋🦋🦋🦋

"Dia mau buang air kecil."

"Anda di pasangi kateter." kata suster itu sama persis seperti yang diucapkan oleh Aldebaran.

"Suami saya sudah memberitahu. Tapi saya butuh ke kamar mandi sekarang. Tolong...."

"Kau sungguh keras kepala." Bahkan di hadapan sang suster, Andin tetap bersikeras. Al kehilangan kata-kata.

"Tolong...." mohonnya mencengkram lengan Al yang sudah bersiap mau menggendong tubuhnya.

"Baiklah," Pasrah pria itu tidak bisa menolak.

"Tidak perlu ke kamar mandi ya?"

"Tidak. Tolong, bawa aku ke sana."

"Tapi kau...."

"Kalau kau tidak mau membawaku, aku bisa berjalan sendiri." kata Andin mulai melepaskan dirinya dari pelukan Al.

"Oke, oke, tolong jangan bergerak-gerak. Aku membawamu sekarang." desah pria itu tak berdaya.

Kali ini Andin menahan suaranya dan dengan lemas menyandarkan kepalanya ke dada bidang sang suami.

Sesampainya di kamar mandi, Al mendudukkan Andin di toilet duduk. Erangan kesakitan kembali dia dengar, membuatnya khawatir tapi tak berdaya apabila sudah berhadapan dengan kepala batunya sang istri.

"Keluar dulu." Andin mendorong Al agar keluar.

"Tidak, aku tidak mau. Bagaimana kalau kau nanti jatuh? Pipis saja. Lagi pula aku sudah melihat semuanya, apa lagi yang membuatmu malu." ucap Al menolak tegas.

"Pipisnya tidak mau keluar kalau kau ada di sini." Andin hampir berseru kesal. Ia kembali mendorong Al pergi. "Cepat keluar. Aduh, perutku sakit. Cepat, cepat, pergi sana."

"Kau benar-benar...." Suara Aldebaran tertahan, barusan dia hampir kelepasan ingin membentak. Raut wajahnya menunjukkan ketidakberdayaan, bercampur jengkel tapi tetap menurut.

"Aku menunggu di depan pintu. Jangan banyak memerintah lagi. Cepat selesaikan." lanjut Al saat didengarnya Andin mau melayangkan protes.

Pada saat Al masuk ke kamar mandi, wajah malu dan tatapan menyamping Andin lah yang dia temukan. Seolah memahami sebab mengapa istrinya seperti itu, Al tanpa banyak kata membantu sang istri mengenakan celananya.

"Terima kasih." kata Andin lirih saat tubuhnya kembali di gendong. Ia mengalungkan lengannya ke leher Aldebaran, seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami.

"Sama-sama."

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang