Bab 54 - Harus Jujur

354 27 0
                                    

"Anda yakin baik-baik saja, Nya?"

Bibi untuk yang kesekian kali bertanya khawatir. Selepas majikannya itu keluar dari restoran, dia menemukan kedua mata dari nyonyanya tampak memerah, seperti orang yang habis menangis.

Dia khawatir, semakin cemas karena tidak tahu apa yang terjadi selama nyonyanya itu berada di dalam restoran. Tugasnya adalah memberi kabar pada tuan mudanya perihal kegiatan mereka hari ini. Dan ini pun termasuk melaporkan keadaan istri sang tuan muda yang kelihatannya jadi sendu.

Andin mengangguk, "Tidak apa-apa, Bi. Tolong, rahasiakan ini dari Pak Al ya. Saya tidak mau dia berpikir berlebihan nantinya."

"Tapi, Nya, saya ... sudah tugas saya untuk memberitahukan semuanya pada tuan muda. Kalau tidak, nanti pasti tetap ketahuan apabila saya berbohong." ujar bibi itu dengan pandangan menyesal.

Apa yang dikatakannya memang benar adanya. Entah bagaimana caranya, tuan mudanya itu tidak dapat dibohongi. Seolah mudah bagi sang tuan muda untuk mencari tahu segala hal yang terjad di sekitarnya. Itulah sebabnya, para pekerja Al Fahri sangat loyal, menjunjung tinggi kejujuran dan kedisplinan selama mereka bekerja di bawah keluarga konglomerat ini.

Mendengar pengakuan sang bibi, Andin menunduk rendah, kemudian terdengar helaan napasnya yang lemah. "Ya sudah, tidak apa-apa, laporkan saja seperti yang bibi lihat."

"Maafkan saya...."

Pada waktunya jam makan siang, seperti yang telah diingatkan oleh Al, pria itu menghubungi Andin.

Wanita hamil itu sedang berbaring di kamar ketika teleponnya berbunyi. Agak terkejut, Andin menerima video call dari sang suami.

"Apa yang terjadi?"

Adalah hal pertama yang Aldebaran tanyakan ketika panggilan terhubung. Waktu bibi pembantu memberikan laporannya di hari itu, ia sedang melakukan rapat penting. Saat itu, ia sudah tak sabar ingin menghubungi Andin untuk bertanya apakah benar yang dikatakan oleh bibinya itu.

Namun karena rapat itu sangat penting, dia hanya bisa bersabar menunggu sampai rapat selesai. Meskipun selama menunggu itu, ia diliputi cemas. Dia baru saja kembali ke kantornya, dan tanpa babibu lagi langsung menghubungi Andin.

"Bukan apa-apa. Memangnya, apa yang sudah bibi katakan padamu?" tanya Andin balik dengan senyuman lembutnya. Wanita itu tengah berbaring miring, satu tangannya mengusap perutnya penuh kasih sayang.

"Katanya kau seperti habis menangis."

Andin mengangguk, "Um. Dia tidak berbohong."

"Sesuatu terjadi selama kau bertemu temanmu?"

.... 🦋🦋🦋🦋

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang