"Apa kau mencintai Surya?""Sofia, aku bisa jelaskan...."
"AKU BUTUH JAWABAN! BUKAN PENJELASANMU!"
Kaget dengan teriakan yang tiba-tiba itu, Sarah menarik kembali tangannya yang tadi berusaha ingin menenangkan Sofia. Tak lama kemudian, dia mengangguk.
Padahal, dia sudah mati-matian menyembunyikan perasaannya sendiri dari ditemukan oleh Sofia. Akan tetapi karena kejadian tak terduga ini, usahanya bersembunyi berakhir sia-sia. Seperti yang telah dia duga, cintanya kepada Surya, kepada pria itu hanya akan melukai mereka berdua.
Sofia tertawa disela air mata mengalir di kedua matanya.
"Sejak kapan?"
Untuk pertanyaan ini, Sarah tidak memberikan jawaban. Namun tampaknya Sofia sudah tahu jawabannya sendiri. Karena wanita itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja tanda mengerti.
"Pasti sulit juga buatmu menahan semua itu kan? Seharusnya, saat kau sadar kau cinta pada Surya, kau utarakan saja langsung padanya. Setidaknya dengan begitu, aku bisa menghindari jadi terluka parah seperti ini."
"Maaf...."
Mati-matian menahan tangisnya agar tidak mengalir lagi, Sofia menengadahkan kepalanya. Kelabatan kenangan akan persahabatan mereka bertiga terpampang dalam benaknya, yang membuatnya tersenyum sedih dan merasakan penyesalan tiada batasnya.
"Andai aku tahu kau mencintainya, aku pasti tidak akan menerima pinangannya dulu." gumamnya lirih dengan pandangan tak menentu.
"Sofia, tolong jangan begini. Aku pun tidak bermaksud---"
"Anak itu, bagaimana kau akan menanganinya?" Sofia tidak memberi kesempatan pada Sarah untuk bicara.
Ditanya soal kehamilannya dalam keadaan tidak siap, Sarah menemukan dirinya bungkam.
"Kalau kau benar merasa bersalah untukku, maukah kau menggugurkannya?"
"Menggugurkannya?" ulang Sarah menatap tak percaya pada Sofia. Wanita berhati lembut ini, yang ia tahu sangat suka dengan anak kecil, bisa-bisanya menyarankan tindakan terlarang semacam itu?
"Kenapa? Kau tidak mau? Bukannya kau bilang merasa bersalah padaku?" Sofia mendesak sampai-sampai Sarah tak punya tempat untuk menghindari tatapan kebenciannya itu.
"Sofia, bagaimana bisa kau?"
"Kenapa aku tidak bisa? Kau saja yang sahabatku tak punya malu merangkak naik ke tempat tidur suamiku. Jadi, katakan, kenapa aku tidak bisa menyarankan hal itu padamu?"
"Bu, ibu... Bu Sarah, bangun...."
Tepukan di pundaknya membuat Sarah yang tadinya tertidur langsung membuka mata. Secara perlahan dan pasti dia mulai mengamati sekelilingnya. Dan barulah dia sadar kalau dia masih berada di rumah sakit umum, Pelita Hospital.
Sarah masih belum sepenuhnya sadar dari kenangan di masa lalu yang kembali diimpikannya. Tahun-tahun kelam itu masih sama bergentayangan menghantui hidupnya. Menimbulkan luka lama bernanah kembali dan rasa sakitnya masih sama terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
After One Night (TAMAT)
FanfictionMerasa bertanggung jawab atas kehamilan pada wanita asing yang telah salah ditidurinya, Aldebaran memutuskan untuk menikahi wanita itu. Namun, bagaimana jika keinginannya tidak berjalan mulus seperti yang dia kira? Andin merasa bahwa bos di tempatn...