Bab 108 - Glass House

203 12 0
                                    

__

"Kiki," panggil Al dengan suara khasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kiki," panggil Al dengan suara khasnya.

"Ya, Tuan Aldebaran? Ada apa?"

Al kemudian mengambil kartu nama dari dalam dompet, menyerahkan kartu nama berwarna hitam bertinta emas itu pada wanita pelayan yang bernama Kiki.

"Kau berkata, kalau bosmu biasa datang ke restoran sore hari kan? Bisakah tolong aku berikan kartu nama ini padanya? Aku butuh bicara dengan bosmu, kalau dia punya waktu senggang."

Kiki menerima kartu tersebut, tanpa sadar membaca tulisan yang tertera di atasnya, dan kejutan terlintas di sepasang matanya kemudian.

Aldebaran Al Fahri, Co-Founder and CEO, Al Fahri Group.

Itulah tulisan yang tertera di kertas hitam tersebut.

"Pantas saja saat pertama kali melihat, aku sudah curiga kalau mereka berdua ini bukanlah orang yang biasa-biasa saja. Ternyata ...." Dalam batin, Kiki berkomentar kagum.

"Saya akan menyerahkan pada bos nanti, Tuan." Meski tak tahu untuk apa pria didepannya ini mau bicara pada sang bos, dia berjanji akan memberikan kartu nama itu pada pemilik restoran tempatnya bekerja.

"Terima kasih." Kata Al, lalu ia melirik pada menu yang ada di belakang.

Al melihat ke sekeliling restoran itu. Bangunan itu memiliki dua lantai, dan halaman yang luas serta rumah kaca yang ada di samping bangunan utama. Saat dia sibuk mengamati tempat itu, suara Kiki terdengar memecah hening di antara mereka.

"Anda tampaknya suka sekali melihat-lihat." ucap Kiki memulai percakapan kembali.

"Bukan aku, tapi istriku." balas Al singkat.

"Sudah berapa lama restoran ini buka?" tanya Al penasaran. Dilihat dari bangunannya yang terkesan jadul, ia berasumsi kalau restoran yang mencakup sebagai cafe itu sudah lama berdiri.

"Dua dekade. Tempat ini awalnya bukan restoran, tapi sebuah hunian yang ditinggali oleh bos saat beliau masih muda, bersama mendiang istrinya."

"Mendiang istri?"

Kiki mengangguk. Dua kopi telah selesai dibuat, ia menaruhnya di atas meja berbahan keramik itu, sebelum kemudian bicara lagi, "Glass house yang nyonya Andini ingin lihat, merupakan taman bunga milik mendiang istri bos. Umurnya pun sama, dua puluh tahun."

"Pesanan Anda." kata Kiki menyerahkan dessert yang terbungkus itu ke depan Al.

"Tempat ini pasti sangat berarti buat bosmu?"

Kiki mengangkat bahu, "Entahlah, tapi kemungkinan iya, mengingat banyak kenangan dan jejak dari mendiang istrinya yang bisa dilihat di sini. Mengapa Anda bertanya?"

Al tidak langsung menjawab. Sedang Kiki, menunggu dengan sabar di sana jawaban dari pria tampan di hadapannya itu.

"Aku bertanya-tanya, apakah aku bisa membeli tempat ini untuk istriku atau tidak." kata Al dengan kening berkerut dalam.

"Hah?!"

Jawabannya itu sungguh membuat Kiki maupun Kevin yang mendengarnya begitu terkejut.

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang