Bab 87

278 27 0
                                    

Pada saat kendaraan yang membawa mereka hampir tiba di kediaman Al Fahri, Andin memiliki antisipasi dalam benaknya. Ketakutannya menghadapi Sarah di kala ibunya itu tahu segala kebenarannya membuat Andin kehilangan pikirannya dalam beberapa waktu.

Sebagai pasangannya, Aldebaran tak bisa berbuat banyak selain senantiasa berada di sisi Andin. Bahkan meski banyak kalimat lembut dan penuh perhatian telah di utarakan sebagai bentuk untuk menenangkan sang istri dari berpikir terlalu berlebihan, usahanya tidaklah membuahkan hasil. Meski begitu, dia tidak menyerah. Dia selalu berada di sana, berada di sisi Andin untuk menemani istrinya tersebut.

"Ayo turun." ajak Al pada Andin yang kini menatap ke luar jendela. Tepatnya, pada rumah mewah di depannya.

Helaan napas kasar dihembuskan Andin kala ia bersiap untuk turun.

Menunggu di dalam rumah, Sarah dan Elsa bersama dengan Rossa dan juga Hartawan. Berita kepulangan Andin Siang itu telah diketahui seluruh keluarga.

Seorang pembantu datang ke hadapan Rossa, memberitahu tuan mudanya yang ada di luar.

"Tolong siapkan makan siangnya sekarang juga, Bi." perintah Rossa pada pelayan itu.

"Apa Andin sudah tiba?" Sarah berdiri dari duduk. Raut wajahnya tampak tak sabar ingin melihat sang putri.

Rossa mengangguk membenarkan.

Tanpa menunggu yang lainnya, Sarah lebih dulu berjalan keluar. Tepat saat pelayan membukakan pintu untuk kedua majikannya, muncul Sarah di belakang pelayan itu. Dan bersamaan dengan pintu yang terdorong terbuka, Andin nampak membeku melihat sosok ibunya tepat berdiri di hadapannya.

Dia belum siap. Sejujurnya, menghadapi ibunya sendiri dalam keadaan seperti ini sungguhlah tak terbayangkan.

"Ma..."

"Andin,"

Al menatap kedua perempuan yang saling memanggil satu sama lain.

"Aku pergi dulu. Kalian bisa bicara berdua saja. Aku pastikan tidak akan ada seorangpun yang menginterupsi." ujar Al pada Andin dan ibu mertuanya.

Andin setuju dengan idenya. Jadi, tanpa menemui ayah dan ibu mertuanya yang ada di ruang keluarga, dia membawa Sarah pergi ke kamar tamu yang ada di lantai pertama.

Setelah hanya ada mereka berdua saja di kamar itu, Andin yang berdiri di depan Sarah tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Terlalu banyak kebohongan dan kesalahan hingga dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada sang ibu.

"Sampai kapan kau akan diam seperti ini?" tanya Sarah mulai bicara dulu.

Tanpa berbalik, Andin menggigit bibir bawahnya demi mengalihkan gugup serta gemetarnya. Ditariknya napasnya dalam-dalam, lalu kemudian dia pun berbalik. Menanggapi pertanyaan Sarah, Andin ingin tahu sampai mana ibunya itu tahu perihal semua kebenarannya.

"Apa mama sudah tahu?"

Sarah terdiam. Tapi tak lama kemudian menyahut, "Aldebaran telah memberitahu mama soal kau yang hamil duluan."

Andin menunduk, merasa bersalah karena keputusannya dahulu telah membawa mereka pada situasi ini, pada keadaan ini.

"Aku tidak bermaksud," katanya. "berbohong pada mama merupakan pilihan terakhir yang harus aku tempuh."

"Kenapa, Ndin? Kenapa kau membohongi mama selama ini? Dari pada berbicara jujur pada mama, kenapa kau memilih menutupi semuanya?" tanya Sarah tak mengerti

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang