Bab 104

209 14 0
                                    

Aldebaran mencoba berulangkali menelepon nomor Andin. Dan jawaban yang dia terima selalu suara operator, bukan suara istrinya. Ia langsung paham kalau Andin tengah marah sekarang.

Tak perlu bertanya pada sang istri mengapa Andin berpenampilan seperti itu. Pastilah untuk dilihat olehnya. Namun yang dia lakukan, malah merusak semuanya. Dan semua ini salah si Angga! Kejutan dari Andin yang seharusnya membuat dia bahagia, jadi berbalik membuat istrinya itu marah besar kepadanya.

"Apakah sudah terlambat bagiku untuk pulang sekarang?" adu Al seolah jadi manusia paling merana di muka bumi.

Angga yang melihat sahabatnya bermuram durja, tak tahan ingin berkomentar.

"Aku tidak sengaja, sungguh. Andai aku tahu kau sedang begituan, mana berani aku mengganggu?" kata Angga malah memperkeruh suasana hati Aldebaran.

Seolah telah diingatkan tentang ketidaksengajaan yang diakui oleh Angga tadi padanya, Al pun kembali berseru marah, "Kemari kau! Biar aku congkel kedua matamu!"

Refleks saja Angga menjauh, menghindari tangan temannya yang telah terulur ke depan seolah ingin memberinya pukulan, "Hiii... Dasar Al psikopat gila. Sinting!" batinnya mengumpat.

Angga berpindah posisi duduk, tidak berani satu sofa dengan Aldebaran.

___

"Ada yang datang. Cepat buka pintunya." Kata Al seraya terus melihat pada layar yang mana kini menampilkan tayangan bawah laut.

"Kau menyuruh aku yang buka?" tanya Angga seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Selain kau yang bisa aku suruh, memang ada orang lain lagi?"

"Tidak bisakah kau yang buka pintunya? Dan kenapa pula harus aku?"

"Apa perlu aku ingatkan, kalau yang bayar biaya penginapan adalah aku?" ujar Al dengan sinisnya. Ia pun kembali mengusir Angga supaya cepat membukakan tamu mereka pintu.

"Cepatlah pergi sana. Tak baik membuat tamu kita menunggu lama." ucapnya terdengar benar sendiri.

Angga berdiri dengan ekspresi jengkel. Walau begitu, tetap saja dia bersedia mengikuti perintah Aldebaran barusan. Meski selama dalam perjalanan menuju ke pintu itu, gerutuan lirih serta sumpah serapah tak pernah absen dari bibirnya.

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang