Bab 22 - Bertemu Nino

315 26 0
                                    

Bersama dengan sang mama, Andin pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Setelah terakhir kali Sarah melakukan operasi dan berhasil, sejak itu pula kesehatannya menurun dan dia menjadi lemah. Tidak bisa melakukan pekerjaan yang terlalu berat maupun banyak pikiran yang mengakibatkan stres.

Dokter di depannya menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan efek pasca operasi itu, memberikan nasehat dan meresepkan obat seperti biasa. Setela selesai, keduanya keluar dari ruangan dokter menuju ke apotek untuk menebus obat.

"Setelah ini mampir dulu ke resto hotpot, Ma. Sudah lama rasanya aku tidak mengajak mama ke sana." ajak Andin yang ditanggapi setuju oleh Sarah.

"Karena kau sibuk terus, mana sempat mengajak mama jalan-jalan lagi?" celetuk Sarah seraya tersenyum maklum.

"Tanpa aku, kalau mama mau kan bisa mengajak Elsa pergi."

"Adikmu sibuk dengan pendidikannya, selain itu dia juga masih harus bekerja paruh waktu. Kadang-kadang mama merasa kasihan padanya karena tidak bisa pergi dengan teman-temannya dan harus sibuk akan pekerjaan."

"Mama tidak usah berpikir yang tak perlu. Elsa melakukan itu juga karena dia pun harus belajar yang namanya tanggung jawab. Sudah, sudah, tak perlu pikirkan Elsa lagi. Nanti kita ajak dia makan bersama." kata Andin menenangkan.

Dalam perjalanan menuju ke restoran itu, ponsel Andin berbunyi. Aldebaran rupanya yang menelepon. Sayangnya tak mungkin diangkat di saat dia sedang bersama dengan sang ibu. Jadinya dia hanya mengirimkan pesan singkat pada lelaki itu.

Al mengerang kesal di kantornya. Hampir saja dilemparkannya itu ponsel saat panggilannya tidak di jawab, tapi tidak jadi dilakukan setelah pesan dari Andin datang menyusul. Sejak pagi tadi dia tidak bisa fokus sama sekali.

Ini sangat aneh, pikirnya tak habis pikir. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan saat Michelle datang dan menawarkan hal yang serupa, hal pertama yang dia pikirkan yaitu langsung menolak. Dan itulah yang harusnya dia lakukan pula pada Andin. Tetapi ini? Yang terjadi justru sebaliknya.

Ia malah jadi galau, uring-uringan layaknya bocah baru puber. Sialan sekali! Maki Al mengumpat dalam batin.

"Pak Al, rapat sebentar lagi akan dimulai." Rendy masuk ke ruangan Al dengan langkah takut-takut.

Aldebaran melirik ke arah pintu, matanya nyalang kala melihat Rendy. Dengan nada marah ia menjawab sarkas. "Ya aku tahu. Apa perlu mengingatkan aku terus menerus?"

Sikapnya itu sudah tidak menunjukkan dirinya yang biasanya tenang dan berpikir jernih.

.... 🦋🦋🦋🦋

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang