Bab 50 - Cemas Berlebihan

527 34 0
                                    

..... 🦋🦋🦋

Tepat pada pukul setengah lima, Al kembali pulang lebih awal. Belakangan, apabila dia tidak lembur, ia akan membawa pekerjannya pulang ke rumah dan mengerjakan pekerjaan yang tersisa itu di malam harinya saat Andin telah terlelap.

"Bibi bilang pergi ke mana?"

Sesampainya dia di apartemen, dia diberitahu kalau Andin sedang keluar. Dan keluarnya sudah dari sejam yang lalu.

"Nyonya bilang mau cari udara segar, Tuan Muda. Di bawah, di taman umum."

"Kau tidak ikut menemani dia?" tanya Al dengan ekspresi dingin.

Melihat ekspresi tak menyenangkan dari sang tuan muda, bibi itu gemetar ketakutan. "Saya sudah menawarkan diri untuk ikut nyonya. Tapi nyonya menolaknya. Nyonya berjanji tidak akan lama keluarnya."

"Meskipun dia bilang tidak, bukan berarti bibi langsung setuju begitu saja. Dia kan sedang hamil besar, kalau terjadi sesuatu waktu dia keluar sendirian, apa bibi siap bertanggung jawab?" Al marah sehabis mendengar Andin tanpa penjagaan.

Tanpa menunggu ucapan dari bibi pembantunya. Ia keluar dari apartemen dengan langkah panjang.

Butuh waktu bagi Aldebaran untuk bisa menemukan posisi Andin. Ketika dia berhasil menemukan keberadaan wanitanya, ia menghampiri wanita itu dengan wajah penuh emosi.

"Apa kau sudah cukup bermainnya?"

Andin seketika mendongak, pupil matanya membesar akibat terkejut karena melihat Al.

"Al, kau sudah pulang rupanya." sambutnya dengan senang disertai senyuman. "Untung kau disini, coba lihat anak-ana---"

"Aduh!"

Sebelum dia berhasil menyelesaikan kata-katanya, tangannya telah lebih dulu ditarik ke atas.

"Bangun! Kita pulang sekarang."

"A-apa? Kenapa kau marah? Aww... tanganku, tanganku sakit...."

Namun pria yang terlanjur cemas itu tidak mendengarkan rintihan Andin. Ia dengan kuat mencengkram pergelangan tangan istrinya, lalu dibawanya pulang ke apartemen mereka.

Bibi yang menunggu dengan khawatir kedua tuannya, mondar-mandir di dekat pintu masuk.

Suara mesin dari pintu yang dibuka oleh sandi terdengar kemudian.

Melihat kemarahan tuan mudanya, bibi itu bergidik.

"Al, tunggu...."

"T-tuan muda, nyonya--" Bibi itu ingin mengingatkan sang tuan muda agar berhati-hati memperlakukan sang istri, tapi suara dingin dan tatapan datarnya membuat bibi itu tak berani lagi bersuara.

After One Night (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang