Bocil 3 Tahun ini adalah Penjahat II

Chapter 378

Pohon Dunia terserap kedalam tubuh Pengorbanan, yaitu Dahlia.

Itu menandakan bahwa waktunya tidak lama lagi.

***

KHIEEEEHH—!

Naga biru itu meronta-ronta dengan jeritan tajam.
Sejak awal upacara, Aku merasakan energi yang aneh. Namun Aku tidak menyangka jalur naga baru akan terbuka begitu tiba-tiba.

'Jika celah baru telah terbuka di Laontra, bukankah hal yang sama akan terjadi di Kerajaan lain?'

9/10, pasti ada celah baru di Kerajaan lain, termasuk Calzoie.

'Kalau sudah seperti ini, tidak ada cara selain menyelesaikan Ritual dengan segera'

Aku berteriak pada Pemancar, "Ritual tidak boleh di hentikan! Kerahkan Pasukan untuk bertahan, tunggu aba-aba dariku!"

Kita tidak boleh berhenti sekarang
'Laontra adalah Pusat Ritual di seluruh Dunia'

Jika tempat ini runtuh, Dunia akan mengalami kehancuran yang sama seperti Zaman Kuno.

"Pasukan Astra! Jaga Altar!"

WAAA-!! Prajurit Astra dengan tombak, pedang, dan busur, menghadap ke arah Naga.

"Jangan diam saja, Pasukan Laontra!"
Saat Eomma memekik, Pasukan Kekaisaran Laontra juga bergabung.

Liam dari Pasukan Barat yang menyerbut Naga memekik, "Sial!"

"Sisiknya tidak bisa di tembus dengan tombak..."

Tombak saja tidak bisa menembusnya, jadi bisakah anak panah menembusnya?

Serangan para pemanah juga tidak berhasil.

"Penyihir... serang dengan bom-sihir!", Ksatria Laontra berteriak.

Aku segera memekik balik, "Jangan bom-sihir! Itu akan mengenaiku juga!"

"Tapi kita harus bagaimana jika serangan fisik tidak bekerja sama sekali....!"

Bukan hanya Pasukan Kekaisaran Laontra. Pasukan Astra juga menelan ludah kering dengan wajah membiru.

Pada saat itu, Naga biru itu bergidik.

'Uhk, itu pematah Anugerah!'

Naga adalah makhluk yang merusak Anugerah Ilahi. Anugerah-ku juga akan terpengaruh olehnya.

"Ragon!"

Saat di panggil, Ragon mencabik Naga biru itu dengan kedua cakarnya.

Tiba-tiba mata Naga biru itu bercahaya.

Dr. Manche, Oedangsuk, terkejut, "Bahaya... Lari, Dia akan mengeluarkan nafas!"

Saat Naga biru membuka mulutnya, cahaya aneh terlihat dari pangkal mulutnya dan mengumpulkan tenaga.

'Jangan nafas! Itu akan meruntuhkan Altar!'

Aku segera mengumpulkan energi sihirku. Huruf-huruf yang bersinar terbentang di antara Naga biru dan Aku sekali lagi.

[Nafas Naga melahap Altar.
Api menutupi Altar, dan Ritual Pengorbanan di terhenti]

"Yang benar saja!"

Teks tersebut dengan cepat di susun kembali.

[Penghalang Altar bahkan bisa menahan Nafas Naga!]

Naga biru itu menghembuskan Nafas ke arah Altar.

Dengan dentuman keras, garis penghalang besar yang menutupi Altar, bergetar. Para Pendeta yang berhenti melafalkan mantra suci demi menutupi kepala mereka dengan kedua tangan, terkejut.