Chapter 200

1.2K 91 32
                                    

Keesokan harinya.
Aku bangun pagi-pagi dan di rawat oleh para pelayan.

Aku bertanya kepada Pelayan yang membantu-ku berpakaian, "Apa kabar Alexis?"

"Tuan ada di kamarnya. Saya sudah mengirimkan pelayan, tetapi Dia berkata lebih mudah mempersiapkan dirinya sendiri, jadi pelayan itu kembali"

"Apakah kamarnya tidak nyaman? Kamar di ujung barat sudah lama tidak digunakan"

Alexis ditempatkan di Kamar VIP di ujung barat.
Awalnya Aku akan memberikan kamar disebelah kamar-ku, tapi Ayah dan Kakak-kakak berdebat mengatakan bahwa itu bukan satu-satunya pilihan.

Sementara Alexis
"Tidak masalah"
- Karenanya, Aku terpaksa mengangguk.

Pelayan itu tersenyum dan berkata, "Tuan Michelan mengurusnya dengan baik"

"Kalau itu Michelan, Aku percaya padanya", kata-ku dan meninggalkan ruang ganti.

Michelan menundukkan kepalanya, "Sarapan telah siap"

Michelan benar-benar bijak.
Kedap suara di ruang ganti tidak begitu bagus, Dia bisa mendengar semua percakapan-ku dengan pelayan, tapi Dia pura-pura tidak tahu.

Sangat tidak nyaman untuk Pemilik mengetahui pelayannya menguping.

Aku mengangguk dan meninggalkan ruangan.
Saat Aku menuruni tangga, Aku bertanya kepada Michelan
"Bilang pada Alexis untuk turun dan sarapan... tidak, kirim saja sarapannya ke kamarnya"

Aku punya banyak pekerjaan kemarin, jadi Aku melewatkan makan malam. Aku tidak bisa melewatkan makan pagi.

"Baik"

Michelan menjawab dan membuka pintu Ruang Makan.
Tapi....

"Hmm?"

Aku terkejut melihat orang-orang yang sudah duduk di sekitar meja makan.

Ayah dan Kakak-kakak melototi satu orang seolah mereka akan membunuhnya.

"Alexis?"

"Ya"

"Kenapa...."

"Aku disini untuk sarapan"

Aku juga tahu itu
'Tapi bukankah suasana ini tidak nyaman?'

Kalau dipikir-pikir, Dia bukan tipe yang memperdulikan sekitarnya. Walaupun keluarga-ku melototinya seperti itu, Dia tidak kehilangan selera makan.

Alis Ayah berkedut.
Tetap saja, Dia tidak marah kepada Alexis karena Aku sudah memperingatkannya kemarin.

"Kemari dan makanlah, Elliotte"

"Ya", jawab-ku dan segera duduk.

Aku duduk disebelah Alexis.
Tiba-tiba suara gertakkan datang dari suatu tempat secara bersamaan.

Michelan berkata, "Menu hari ini adalah Sup Domba, Roti Jagung, Salad Asparagus, Telur mata sapi, dan Wafel dengan buah musiman"

"Sup dan Salad sudah cukup. Bawakan minuman juga"

"Teh apa yang Anda inginkan?"

"Aku mau teh darjeeling....pakai es"

Saat berpesan begitu, Alexis menyodorkan gelas di depan-ku.
Itu adalah secangkir teh rooibos yang mengepul.

"Minum ini"

"Aku ingin es teh"

"Seharusnya kamu menghindari minuman dingin ketika tidak enak badan"

Dengan wajah cemberut, Aku mengambil cangkir teh yang disodorkan Alexis.

'Kemarin Dia mengabaikan-ku, tapi hari ini Dia memperhatikan-ku lagi'
Bagaimana pun, Dia anak yang tidak terduga

Bocil 3 Tahun ini adalah Penjahat IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang