S2 After Rain Chapter 26

3 2 0
                                    

🍁 S2 After Rain Chapter 26 🍁

🍁 Yeandra.

Hanya karena nama itu, SMA elite HarBa mendadak heboh. Siswa-siswi, para pengajar, bahkan petinggi SMA HarBa tak henti-hentinya membicarakan nama tersebut.

Gadis yang menyebutkan dirinya putri dari Yeandra pun sontak menjadi perbincangan di lingkungan sekolah.

Pasalnya, sejarah tak tertulis memang menyebutkan bahwa Yeandra adalah keturunan dari raja terdahulu kota Tentara Pelajar saat masih berbentuk sistem kerajaan.

Kabar itu pun melesat cepat sampai ke telinga Tuan Yohan. Seolah tidak ada hari esok, pria berkacamata itu memilih membelah malam meninggalkan gedung kerja menuju ke kediamannya di perumahan elite Griya Flower.

Waktu menunjukkan pukul 23.00 saat Tuan Yohan sampai di rumahnya. Sorot tajam serta matanya yang memerah cukup menjelaskan bahwa pria itu sedang murka.

Dengan langkah cepat, tetapi hati-hati, Tuan Yohan menaiki tangga. Kakinya langsung berbelok ke arah kiri, menuju kamar putrinya.

Di saat bersamaan, Nyonya Kristin yang berada di dalam kamarnya sendiri, merasakan kehadiran Tuan Yohan. Gegas saja dia memutuskan keluar dan mendapati dua penjaga pintu kamar berdiri tepat di depan pintu.

"Tuan baru saja pulang dan sedang berada di kamar Nona."

Mendengar ucapan salah satu penjaga, wanita itu langsung bergerak setengah berlari agar cepat sampai ke kamar putrinya.

Sementara di kamar Judhy, gadis itu terlihat tengah belajar saat Tuan Yohan mendekatinya. Gadis rambut pendek pasrah karena aura yang dipancarkan sang ayah begitu tak bersahabat.

Bertepatan dengan Nyonya Kristin membuka pintu, Tuan Yohan melakukan hal yang membuat istrinya syok berat. Tubuh wanita itu menjadi kaku.

Judhy.

Tepat di depan mata Nyonya Kristin, Tuan Yohan meremat rambut belakang kepala Judhy dan menghantamkannya ke meja hingga kening gadis itu berdarah. Lalu tubuhnya dipaksa bangkit sebelum akhirnya dibanting dengan keras mencium lantai.

"Tuan, hentikan!" teriak salah satu bodyguard pria saat Tuan Yohan akan menginjak perut putrinya sendiri. Pria itu pasang badan berdiri di antara Tuan Yohan dan Judhy.

Sementara Judhy sendiri, dia tidak menyangka jika sang ayah langsung bertindak kasar seperti itu. Kepalanya berdenyut, telinganya berdenging, pandangannya pun sedikit kabur. Dia masih bisa melihat wajah kedua orang tuanya, tetapi sedetik kemudian dia meremas dada kiri karena tiba-tiba rasa sakit menyerang organ dalam tubuhnya.

Bodyguard wanita segera meraih tubuh Judhy yang meringkuk kesakitan tanpa suara. Tatap matanya melihat Nyonya Kristin yang masih mematung.

"Nyonya!" teriak bodyguard wanita berhasil menyadarkan sang nyonya.

Nyonya Kristin pun melihat putrinya beberapa saat, lalu beralih melihat sang suami. Tangannya bergerak memutar pundak Tuan Yohan. Detik itu juga, suara tamparan menggema.

Kilat kemarahan semakin berkobar di mata Tuan Yohan atas apa yang dilakukan sang istri padanya.

"Kau berani menamparku?"

"Kenapa tidak?! Kau bahkan tidak ragu menyakiti putrimu sendiri!"

"Kau!" Tuan Yohan balik menampar istrinya hingga warna merah tercetak jelas pada wajah putih Nyonya Kristin.

"Apa kau tahu apa yang sudah dia lakukan saat di sekolah?!"

"Aku tidak peduli apa yang sudah dia lakukan! Tapi apa yang sudah kau lakukan padanya ... tidak bisa aku maafkan."

"Kau tidak tahu apa akibat dari perbuatannya itu, Kristin!"

"Dan aku bilang aku tidak peduli!"

"Kau--"

Judhy langsung bangkit dan berdiri di antara kedua orang tuanya dengan tatapan sayu saat Tuan Yohan hendak kembali menampar Nyonya Kristin.

"Kau boleh memukulku sepuasmu. Tapi kalau kau berani memukul Bunda ... maka aku tidak akan ragu untuk memukul balik," katanya menatap sang ayah tanpa rasa takut. Darah pada keningnya perlahan mengalir di antara pelipis.

"Ini tidak akan terjadi kalau kau tidak asal bicara saat di sekolah!" Tuan Yohan membalas dengan raut merah padam.

Judhy berdecih. "Yeandra .... Apa kau begitu marah karena aku menyebut diriku sebagai keturunan Yeandra? Kenapa?"

"Kau tidak tahu apa-apa soal nama itu. Jadi lebih baik tutup mulutmu!"

"Dek." Nyonya Kristin meremat pundak Judhy dengan tangan bergetar. Hatinya tersentuh atas tindakan kecil Judhy yang membelanya meskipun sedang kesakitan.

Judhy menarik sudut bibir sembari menahan sakit dada kirinya. "Kalau benar aku anak kandungmu, lantas kenapa orang-orang tidak boleh tahu kalau aku anakmu?"

"Karena kau masih belum pantas menjadi pewarisku!"

"Hanya karena itu ... kau sampai begitu keras padaku? Juga berani menampar Bunda? Alasan yang sangat konyol." Mata Judhy dipenuhi bulir cair yang tertahan.

Tuan Yohan mencengkeram baju Judhy, menariknya hingga wajah mereka berdekatan.

Nyonya Kristin pun memekik seketika, takut suaminya lepas kendali lagi. Namun, tenaganya bagai terhisap oleh kekuatan tak kasat mata, wanita itu tak mampu bergerak.

Sementara dua bodyguard pria dan dua wanita di ruangan itu tak sedikit pun mengalihkan pandang pada ayah, ibu, dan anak yang tengah bersitegang. Mereka berjaga kalau sampai Tuan Yohan tiba-tiba melakukan kekerasan lagi pada Judhy.

"Kau tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Jadi sebaiknya tutup mulutmu dan jangan pernah menyebut nama Yeandra lagi di depan umum!" ucap Tuan Yohan penuh penekanan dengan tatapan menghujam dan dalam.

Pria itu serius dengan perkataannya.

Judhy diam menatap sang ayah. Bibirnya melengkung menerbitkan sebuah senyuman, tetapi detik berikutnya gadis itu memuntahkan darah.

Ekspresi Tuan Yohan pun seketika berubah. Raut kemarahannya perlahan pudar. Bayangan saat Judhy sempat mati suri dulu berkelebat begitu saja.

"Apa Ayah tahu ... hampir setiap malam ... aku merintih kesakitan. Apa Ayah tahu ... setiap hari aku berperang dengan diriku. Apa Ayah tahu ... setiap hari aku kesulitan tidur dan harus mengkonsumsi obat tidur agar bisa terpejam. Tapi aku terus berpura-pura baik-baik saja di depan Ayah juga yang lainnya. Apa Ayah juga tahu, kalau rasa sakit di dalam dadaku, kerap kali menyerang di saat aku terlelap. Aku berusaha tetap kuat demi memenuhi keinginan Ayah. Tapi apa yang aku dapat? Aku selalu salah di mata Ayah."

Kesadaran Judhy menipis saat memuntahkan darah kembali. Tangan kanannya bergerak meremas dadanya, menahan sakit yang semakin menjadi. Sedangkan tangan kirinya mencoba mencengkeram kemeja sang ayah.

"Aku mohon ... pukul saja aku, tapi jangan pernah lagi kasar pada Bunda."

Kalimat itu menjadi kalimat terakhir sebelum akhirnya gadis itu hilang kesadarannya dan jatuh dalam rengkuhan sang ayah.

Melihat putrinya jatuh dalam pelukan Tuan Yohan, napas Nyonya Kristin menjadi tak beraturan. Wanita itu merasa lemas. Tenaganya hilang. Dan dia nyaris ambruk kalau tidak ditahan salah satu bodyguard wanita.

"Putriku ...."

"Iya, Nyonya. Kita akan segera bawa Nona ke rumah sakit."

"Dek ... jangan tinggalin Bunda, ya?"

Tuan Yohan diam saja saat tubuh putrinya diambil alih oleh salah satu bodyguard pria dan dibawa ke luar. Tatap matanya jatuh pada kemeja putih yang dipenuhi bercak darah.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Kenapa aku ... selalu kasar pada putriku sendiri?"

***

After Rain Season 2

Diketik: Senin, 31 Juli 2023

Dipublikasikan: Minggu, 3 Desember 2023 (20.00 WIB)

Revisi: Jumat, 27 Oktober 2023

By Vr Rain Okane

After Rain Season 2 (End) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang