S2 After Rain Chapter 96

4 0 0
                                    

🍁 S2 After Rain Chapter 96 🍁

🍁 Nyonya Kristin dan Tuan Yohan duduk berhadapan di ruangan megah lantai paling atas sebuah gedung.

Pasang mata keduanya beradu pandang dalam diam. Ada banyak kata yang terucap di sana tanpa suara. Pancaran mata yang berbicara banyak hal.

"Dia tidak mau bicara dengan siapa pun. Aku juga sudah mengundang dokter psikologi, tetapi dia tetap tutup mulut. Aku tidak tahu harus apa sekarang."

Rahang Tuan Yohan mengeras. Pria itu merasa dirinya sudah gagal menjadi orang tua.

"Kalau seperti ini terus, bukan tidak mungkin jika suatu hari nanti dia bisa bertindak lebih jauh lagi," ucap Nyonya Kristin khawatir.

"Itu tidak akan terjadi. Kita biarkan saja dia sendiri untuk beberapa hari ke depan."

"Apa tidak sebaiknya kita pindahkan dia ke sekolah yang dia mau?"

Jelas sekali rahang itu mengeras. Raut wajah memerah menahan amarah. Tidak setuju.

"Mas Yohan."

"Dia marah karena perkataanmu waktu itu."

"Apa? Perkataanku? Yang mana?"

"Kau ingin berpisah denganku."

Nyonya Kristin melemas. Tubuhnya bersandar pada kepala kursi. Ingatan itu terputar jelas.

"Aku mengatakan itu karena emosi."

"Jadi kau tidak benar-benar ingin berpisah denganku?"

Nyonya Kristin mengalihkan pandang pada cahaya jingga yang mengintip dari cakrawala. "Entahlah. Aku hanya tidak ingin kau bertindak kasar padanya. Jadi aku mengatakan hal itu."

"Kalau begitu katakan padanya, bahwa kita tidak akan berpisah."

Nyonya Kristin menatap wajah Tuan Yohan dengan rahang mengeras. "Enteng sekali kau mengatakannya. Apa kau tidak merasa bersalah atas apa yang sudah kau lakukan padanya?"

"Aku tidak ingin berdebat."

"Kau yang harus mengatakannya."

Deringan ponsel membuat perhatian keduanya teralihkan. Nyonya Kristin meraih ponsel di meja.

"Hallo, Nyonya. Nona baru saja bangun dan dia kesakitan."

"Aku akan segera ke sana."

Telepon dimatikan sepihak oleh Nyonya Kristin, tatap matanya kembali pada Tuan Yohan. "Kau ikut denganku ke rumah sakit sekarang, atau ... aku akan membawanya pergi."

Keesokan harinya, Arin tetap datang latihan untuk persiapan penampilan di babak 25 besar.

Tubuh bergerak mengikuti alunan musik yang menggema. Namun, suasana sedih menguasai ruang latihan. Gadis berkulit cokelat terang menangis tanpa suara, membuat yang lain jadi tertular.

Olive terpaksa menghentikan musik.

Anak-anak dance mengerumuni Arin, memberinya kekuatan. Meskipun percuma. Air mata gadis itu tetap keluar.

"Apa yang harus kita lakukan pada tim junior, Liv? Apa mereka mundur saja?" Alendia menggigit bibir, kesal sendiri akan suasana di ruang latihan.

"Aku yakin dia bisa. Biarkan saja dulu dia untuk puas menangis. Setelah itu kita lanjutkan latihan."

"Oke."

Arin masih sesenggukan saat di bawa ke pinggir ruang latihan. Jezrine dan yang lain terus menemani.

Sementara Olive dan para senior memilih keluar menikmati suasana taman di siang hari.

"Baru kali ini ada drama di klub kita, Liv," kata Alendia.

After Rain Season 2 (End) LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang