After Rain Season 2 (End) Lengkap

S2 After Rain Chapter 86

🍁 S2 After Rain Chapter 86 🍁

🍁 "Ada yang tahu kabar Jezrine?"

Pertanyaan Bu Lerta membuat para murid kelas 10 A-1 saling memandang satu sama lain.

Prima menyandarkan posisi duduk, lantas menoleh ke tembok, tetapi lirikannya mengarah pada gadis bermasker di belakang.

Judhy paham arti lirikkan itu, tetapi memilih diam.

"Tidak ada yang tahu?"

"Tidak, Bu."

"Uhm, Bu." Alinzy mengangkat tangan. "Kalau Keyra dan Luvin, Ibu tahu?"

"Kemarin Ibu ke rumah mereka. Luvin sedang sakit, sedangkan Keyra baik-baik saja. Keyra saat ini sedang menemani Luvin."

"Apa sakitnya parah, Bu, sampai Keyra harus menemani Luvin?"

"Tidak. Hanya saja ... Keyra sepertinya kesepian tidak ada teman dekatnya. Jadi dia meminta izin sama Ibu hari ini untuk tidak masuk. Jadi mungkin besok dia bisa berangkat."

Dalam keheningan yang tercipta, tiba-tiba seorang pria berstelan serba hitam bersama seorang guru pria berpakaian batik datang. Atensi berpindah pada kedua orang itu.

"Mas Krey ganteng ...," gumam Alinzy.

"Mas Krey makin keren saja," ujar Avril pelan.

"Permisi Bu Lerta," kata guru pria.

Bu Lerta membalas dengan anggukkan.

"Ini ada wali murid yang ingin menjemput salah satu anak didik Bu Lerta. Ada urusan mendesak yang harus segera diselesaikan. Saya sudah mendapat telepon dari Pak Lim mengenai hal ini."

Mendengar nama Pak Lim disebutkan, Bu Lerta tahu siapa murid yang dimaksud.

Matahari bahkan belum tepat di atas kepala. Namun, Judhy harus pulang lebih dulu. Entah ada urusan apa yang menantinya.

Mas Krey melajukan mobil ke sebuah gedung empat lantai. Mereka turun, menuju sebuah ruangan lantai 4.

Begitu membuka pintu, Judhy langsung bertemu dengan sosok sang bunda yang sepertinya sudah menunggu.

"Temanmu menolak bantuan dari Bunda."

"Kenapa?"

"Dia tidak ingin terlalu banyak berhutang kebaikan padamu."

"Lalu di mana dia sekarang?"

"Sudah pergi sekitar dua puluh menit yang lalu."

Judhy berbalik, hendak menyusul. Namun, langkahnya terhenti karena suara ibundanya.

"Tunggu!"

"Kalau kau mau ke rumah anak itu, maka kau tidak akan bertemu dengannya."

"Lantas aku harus ke mana?"

"Pergilah ke bandara."

"Apa?"

"Mamihnya bilang, kalau mereka akan mencari suasana baru untuk memulai kehidupan mereka lagi yang sudah berantakan. Tempat di mana tidak ada yang akan mengenal mereka."

"Apa mereka akan keluar negri?"

"Bunda tidak yakin. Tapi mungkin saja. Mamihnya meminta Bunda untuk membeli satu-satunya rumah yang dia miliki."

"Dan Bunda membelinya?"

"Dia memohon pada Bunda, jadi Bunda tidak tega kalau menolaknya."

Judhy berdecak. Dia diam sejenak untuk berpikir, sebelum memutuskan berganti pakaian.