🍁 S2 After Rain Chapter 31 🍁
🍁 "Aku dengar anak itu sakit. Apa kau tidak merasa bersalah sudah kasar padanya?" Sakura menatap Olvin di seberangnya.
"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, boleh aku bertanya sesuatu?" Olvin balik tanya.
Kedua orang itu saat ini sedang berada di lantai atas sebuah cafe. Meja yang berada di area balkon menjadi tempat favorit nongkrong mereka. Suasananya cukup ramai, sehingga sedikit berisik. Mungkin bagi yang mencari ketenangan, tempat ini tidak cocok.
Akan tetapi, taman dengan air mancur di bawah sana menjadi pemandangan yang cukup memanjakan mata. Ditambah lagi kerlap-kerlip lampu di sekitar cafe, semakin membuat indah pemandangan malam.
"Mau nanya apa?"
Olvin melempar pandangnya pada jalanan. Rautnya datar, tetapi binar mata yang redup, cukup menjelaskan bahwa cowok itu sedang memikirkan sesuatu yang ... mungkin menyedihkan.
"Bagaimana rasanya ... masakan seorang ibu?" katanya tanpa melihat Sakura.
Sakura menyesap kopi panasnya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Yang jelas, mau seenak apa pun makanan di luar sana, masakan seorang ibu tidak tergantikan."
"Pasti sangat enak, ya?" Olvin tersenyum miris. "Jujur, aku belum pernah merasakannya sekali pun."
"Kenapa?"
Olvin menghela berat sebelum menoleh Sakura. "Ibu kami meninggal setelah melahirkan kami."
Sakura tiba-tiba merasa udara di sekitarnya menjadi pengap. Ada kata yang ingin diucapkan, tetapi tak bisa keluar. Dia baru tahu fakta itu, karena Olvin memang sangat tertutup mengenai kehidupan keluarganya.
"Tadi kau bertanya padaku apakah aku merasa bersalah sudah bertindak kasar pada anak itu, bukan?"
Sakura hanya mengangguk.
"Jawabanku ... aku tidak tahu. Aku tidak tahu bagaimana rasanya masakan seorang ibu, karena aku sama sekali belum mencobanya. Jadi aku tidak tahu bagaimana sakitnya jika masakan buatan ibuku dibuang oleh seseorang, seperti yang sudah aku lakukan pada anak itu."
"Jadi selama ini, siapa yang memasak untukmu?"
"Seorang pelayan."
"Apa dia sering memasak untukmu?"
"Ya."
"Bagaimana perasaanmu ketika masakan buatan pelayanmu itu ... dibuang oleh seseorang?"
"Tentu saja aku akan marah."
Tunggu!
Olvin mengernyit, menyadari sesuatu.
"Kalau orang lain saja yang memasak untukmu selama bertahun-tahun, lantas kau marah jika ada yang membuang masakannya, menurutmu bagaimana jika masakan seorang ibu?"
Kedua orang itu saling menatap, lama. Sebelum akhirnya sebuah dehaman dari cowok berkacamata memutus koneksi mata mereka.
"Harusnya tidak usah mengajak kami kemari kalau mau kencan," ucap waketos seraya tersenyum menggoda, si cowok berkacamata. Yudis.
"Yoi! Kita, kan, bisa cari tempat lain buat nongkrong," imbuh Devan.
Gerly tak ingin menambahi, dia langsung duduk di samping kiri Sakura. Sementara Devan dan Yudis di samping Olvin.
"Kalian telat sepuluh menit," ucap Sakura pasang wajah tak suka.
"Gara-gara nih, anak," balas Yudis menunjuk Devan. "Ketiduran."
Devan nyengir. "Maaf."
"Maaf saja tidak cukup, Dev. Kau harus mentraktir kami," sahut Gerly.
"Lain kali. Malam ini bayar masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain Season 2 (End) Lengkap
Teen FictionDeskripsi cerita isi sendiri... 🍁🍁🍁 Btw, cerita ini series panjang ber-season. Kalau mau ngikutin ceritanya sampe end bareng author, pintu terbuka lebar. Kalo enggak, lebih baik mundur dari awal. 🍁🍁🍁 Judul: After Rain Season 2 (Cerita Anak Har...