🍁 S2 After Rain Chapter 62 🍁
🍁 Pandangan keempat gadis tertuju pada langkah seseorang di bawah sana. Seorang siswi memakai headphone berjalan di tengah lapangan utama menuju perpustakaan.
"Menurut kalian, ada yang aneh enggak sih, akhir-akhir ini sama sekolah kita?" kata Linka membuka percakapan kepada ketiga temannya.
"Maksud?" Aerlyn menyahut seraya bertopang dagu pada pembatas rooftop setinggi dada.
"Kak Olvin, Kak Yudis, sama ... Kak Sakura. Biasanya mereka seperti ban becak, selalu bertiga. Tapi beberapa hari ini aku perhatikan, mereka berjalan masing-masing," jelas Linka.
"Setuju," sahut Irnest. "Aura di sekolah ini juga begitu gelap, meskipun terang. Ah, bagaimana menjelaskannya, ya. Pokoknya ... terasa gelap ya meskipun terang."
Linka berdecak. "Ngomong apaan, sih, Nest. Enggak jelas. Gelap tapi terang tuh maksudnya gimana?"
"Ya auranya gelap."
"Ya gelap gimana?"
Linka dan Irnest jadi berdebat, Aerlyn di tengah mereka bingung harus berpihak pada siapa.
"Auramu tuh, gelap," cibir Linka karena Irnest tak bisa menjelaskan perkataannya sendiri.
"Sembarangan kalau ngomong," timpal Irnest tak terima.
"Kayak anak kecil."
Ketiga orang sontak melihat ke arah Amelyza yang sedari tadi diam.
"Kenapa? Tidak terima dibilang kayak anak kecil?"
Irnest melempar pandangnya kembali ke lapangan di bawa sana. "Tuh, kan, bener apa kataku. Aura di sekolah ini lagi gelap. Semua orang mudah emosi. Sedikit saja pemicunya, bisa meledakkan amarah seseorang."
Linka menghela berat. "Mungkin efek dari pengumuman nilai tengah semester, kali."
"Bisa jadi." Aerlyn menanggapi. "Akibat nilaiku jeblok kemarin, uang jajanku dipotong lima puluh persen selama tiga bulan. Itu artinya, aku harus berhemat sampai penilaian berikutnya," ujarnya mencurahkan isi hati, lalu mengacak rambutnya frustasi.
Linka menaruh kepalanya pada pembatas, tampak tak bersemangat. "Mending cuma dipotong uang jajan, Lyn, sedangkan aku? Aku tidak boleh keluar malam, sama uang jajan aku dibatasi jadi lima puluh ribu doang sehari. Sudah tahu makanan di sini mahal, tega banget punya ortu."
"Berhenti membandingkan nasib. Semua punya jalan hidupnya sendiri."
Lagi. Ketiga orang kompak melihat Amelyza. Hari ini sang ketua geng mereka sedikit berbeda.
Bijak.
"Kau ... salah minum obat tadi pagi, Mel."
Plak!
Linka seketika menggeplak kepala Aerlyn dari belakang. Aerlyn mendelik kesal, tetapi tidak membalas.
"Jangan asal bicara." Linka memperingatkan.
"Papa mengancamku," kata Amelyza.
"Ngancam gimana?" tanya Irnest mewakilkan yang lain.
"Di penilaian berikutnya, kalau aku tidak bisa masuk 50 besar, maka aku akan dipindahkan ke sekolah umum biasa," jelasnya, lalu menghela napas. "Tidak bisa dibayangkan bagaimana kehidupanku nanti jika pindah di sekolah biasa. Dan bagaimana kalau sampai anak-anak sini tahu? Ah, mau ditaruh di mana mukaku nanti."
"Ini baru awal penilaian tiga bulan kedua, Mel. Aku yakin kau bisa." Irnest mencoba menyemangati.
"Berat, Nest. Anak-anak sini lebih ambis dibandingkan waktu kita SMP dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain Season 2 (End) Lengkap
Fiksi RemajaDeskripsi cerita isi sendiri... 🍁🍁🍁 Btw, cerita ini series panjang ber-season. Kalau mau ngikutin ceritanya sampe end bareng author, pintu terbuka lebar. Kalo enggak, lebih baik mundur dari awal. 🍁🍁🍁 Judul: After Rain Season 2 (Cerita Anak Har...