Semua keluarga dan para ajudan, ADC, maupun sekpri Bapak sedang berkumpul di ruang tengah. Kira-kira lebih dari 20 orang disini yang ikut berunding sebelum berangkat ke kampanye akbar di GBK. Semuanya sudah berada disana, kecuali si princess lelet yang lagi-lagi bangun terlambat karena nggak bisa tidur. Alasannya karena ia takut dengan hari ini, ketika Mayted mengetahui alasan Vanessa, laki-laki itu hanya bisa menghela napasnya lelah melihat tingkah aneh bin nyata Vanessa.
"Bener-bener kayak siput!" Mayted meledek Vanessa di depan semuanya, termasuk Bundanya yang sudah datang tadi subuh. Semuanya tertawa, tak ada yang berani melerai mereka berdua, termasuk Bapak sendiri.
"Masih kayak Tom & Jerry?" Tanya Bundanya meledek.
"Rese Bun, Pak Teddy tuh, kayaknya yang aku lakuin atau yang aku kerjain salah terus di mata beliau!" Hardik Vanessa sangat kesal. Bagaimana tidak? Laki-laki itu jam 4 subuh sudah menggedor-gedor pintu kamarnya, membangunkannya dengan berisik tanpa perasaan, memaksanya bangun karena semuanya sudah bersiap-siap dan sibuk untuk mengurus diri masing-masing.
Bagi Mayted, hal itu tidak mungkin terjadi dengan Vanessa. Membayangkan gadis itu bangun pagi adalah sebuah kemustahilan. Gadis yang super lelet dan suka menunda-nunda waktu tersebut harus bersiap-siap lebih awal jika tidak ingin terjadi kegaduhan yang lebih mengerikan.
"Kamu bangunnya lama banget, mbak!" Ujar Mayted yang sudah siap dengan pakaiannya yang serba hitam.
"Astagfirullah Pak Teddy! Kampanye Kakek aja tuh jam 2 siang tahu! Masih lama banget?! Bahkan aku bangun jam 10 pun masih kekejar ke GBK! Ini ngapain coba jam 7 pagi udah pada ngumpul disini sih?!" Vanessa mulai tantrum, sangat kesal karena baru bisa tidur jam setengah 3 pagi. Vanessa tidak tidur dengan cukup.
"Vanessa Jasmine Aurora! Bunda nggak ngajarin kamu seperti ini ya! Pak Teddy itu jauh lebih tua daripada kamu, kalo ngomong yang sopan!" Kan kena lagi, kena lagi. Bisa-bisanya Bundanya itu mempermalukan anaknya sendiri di depan seluruh ajudan dan staff Kakeknya.
"Lagian kan dari Kertanegara juga, kalo dari Hambalang aku nggak masalah tahu!" Perdebatan itu masih saja berlangsung.
"GBK itu banyak orangnya, masanya banyak, Mbak Vanessa! Untuk masuk ke dalam tribun aja masyarakat harus berangkat pagi biar dapat tempat. Jangankan masuk ke dalam tribun. Untuk sampai di kawasan GBK aja bisa stuck satu jam, Mbak Vanessa. Pasti ramai dan macet! Perkiraan datang aja bisa lebih dari 200.000 orang. Itu bisa aja membludak dari perkiraan kita! Makanya, kemarin itu disuruh ikut rapat rundown biar kamu juga tahu alasan kita harus pagi-pagi sekali, ini malah lari ke atas dengan alasan terima beres! Bikin ngaret aja!" Mayted menjelaskannya dengan emosi, sedetail mungkin dari A-Z agar bocil di depannya ini tidak menyalahkan dirinya terus-menerus dengan nada kesalnya.
Kalau Vanessa bisa berteriak kesal, Mayor Teddy bisa berteriak lebih keras dan kesal dari gadis itu. Mana mau laki-laki pangkat perwira itu kalah dengan bocil gila di depannya. Mayted tidak habis pikir bagaimana bisa ia dan Vanessa setiap pagi harus berantem, harus adu mulut, dan harus sabar menghadapi Vanessa yang tingkahnya terkadang di luar dugaannya.
"Udah Nes, lo udah kalah telak, mending diem aja, soalnya yang dibilang Pak Teddy bener semua." Bisik Habib kepadanya. Sepupunya itu mengelus punggungnya untuk membantu Vanessa meredakan emosinya yang masih meluap-luap. Gadis itu masih saja menatap Mayor Teddy dengan sorot mata tajam dan nahan amarah.
"Bener-bener bocil kematian." Bisik Rajif kepada Agung.
"Mbak Vanessa masih period nggak, sih?" Tanya Agung.
"Anak tunggal emang gitu cuy. Apalagi cewek, udah pasti SSH." Celetuk Rizky.
"Apa tuh, Bang?" Mereka saling melempar bisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.