"AAA MAS TEDDY!!!" Gadis dengan rambut dikuncir kuda dan menggunakan seragam ciri khas dokter koas yang berlumuran bercak darah itu berlari ke arah laki-laki yang tertawa melihat tingkahnya. Vanessa terbang ke pelukan Mas yang masih memakai pakaian PDH nya dan tangannya yang sibuk menenteng sesuatu.
Di tengah hiruk pikuk lobby RSCM, ada pemandangan yang tak biasa, dua insan yang begitu tenggelam dalam momen melepas rindu, seolah dunia di sekitarnya menghilang. Orang-orang yang lewat mungkin menjadi saksi bisu, ada yang diam-diam mengabadikan momen itu dalam foto atau video, seakan melihat sesuatu yang begitu langka dan hangat.
Namun, Mas dan Vanessa tak menghiraukan perhatian tersebut. Baginya, tak ada yang lebih penting saat ini selain pelukan hangat gadis yang selalu mengisi ruang hatinya. Viral atau tidaknya momen ini bukanlah hal yang berarti, yang ia butuhkan hanyalah merasakan kehadiran Vanessa dalam dekapannya, membalut segala kerinduan yang sempat tertahan selama mereka berjauhan.
"Kangen banget sama bocil tantrum. Gimana kabar kamu, sayang?" Ucap Mas yang memeluk erat gadisnya meski penampilan Vanessa cukup amburadul.
"Baik dan aku lebih kangen tahu!" Ucap gadis itu semangat sekali.
"Udah buka puasa, belum?" Tanya Mas, mereka akhirnya melepas pelukan yang cukup lama itu. Mas merapikan rambut Vanessa yang sangat berantakan dan menggenggam tangannya.
"Baru makan kurma, aku baru selesai ikut operasi bedah saraf." Ucap Vanessa, terlihat sedikit wajah lelah dari gadis itu.
"Udah ketebak aja." Mas menarik tangan Vanessa dengan lembut. Melangkah menelusuri rumah sakit yang luas ini.
"Apanya yang ketebak?" Celetuk Vanessa dengan bingung. Bahkan, Vanessa menahan genggaman tangan Mas sehingga Mas menghentikan langkahnya.
"Kamu belum makan, sayang." Sahut Mas dan ia kembali melangkah. Vanessa mengernyit bingung karena tidak tahu Mas-nya ini akan membawanya kemana.
"Mau kemana?" Tanya Vanessa.
"Kantin, makan bareng." Ujarnya.
"Baru pulang dari kantor ya, Mas?" Tanya Vanessa lagi.
"Iya, tapi Bapak pulang ke Kertanegara. Jadi, Mas nggak butuh waktu lama nyamperin kamu kesini." Setibanya di kantin, Mas menarik kursi untuk Vanessa dan mempersilahkan gadisnya duduk.
Mas mengeluarkan beberapa kotak makanan dari dalam paper bag dengan hati-hati, seolah memastikan setiap kotak dalam kondisi sempurna. Berbagai macam makanan terlihat tertata rapi, dan setiap jenisnya tampak dipilih dengan teliti, mencerminkan semua kesukaan Vanessa. Dari hidangan ringan hingga makanan favoritnya, Mas telah menyiapkan semuanya. Ia tahu persis apa yang membuat Vanessa tersenyum, bahkan sampai pada detail kecil dalam pemilihan menu. Ini bukan sekadar makanan, tapi perhatian dan kasih sayang yang dituangkannya dalam wujud yang sederhana namun penuh makna.
"Nih, tadi Mama masak masakan Padang untuk kamu. Ada dendeng balado, rendang ayam, dan gulai cancang. Tadi, Mas ke rumah Mama dulu baru kesini." Mas membuka kotak makanan itu satu per satu.
"Ya Allah.. surga dunia." Mata Vanessa berbinar dan tak lupa histeris. Mas sudah menduga reaksi itu sehingga dia hanya terkekeh pelan melihat perubahan ekspresi Vanessa.
"Tiba-tiba Tante masak atau kamu yang minta?" Vanessa penasaran.
"Mama yang masak sendiri, katanya kangen sama kamu, terus keingat kamu yang udah balik koas, makanya Mama masakin makanan kesukaan kamu." Jelas Mas.
"Mbak Ati mana? Ini Mas bawain makanan juga dari Rajif, dia udah makan belum?" Tanya Mas, karena tadi Rajif menitipkan makanan kesukaan Ati kepadanya. Tadinya, Mas tidak mau menitipkannya, tapi karena Rajif ada kerjaan dengan Bapak, pupus sudah harapannya ingin menertawakan partner kerjanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.