"Rafa dan Naira kemana?" Tanya Vanessa pagi itu yang kebingungan mencari kedua anaknya yang hilang entah kemana. Padahal, Mas dan Vanessa baru saja memandikan kedua anak kembarnya beberapa menit yang lalu dan meninggalkan mereka di ruang tengah, membiarkan mereka main dan menonton kartun di TV karena Vanessa ada kelas online di sekolah spesialisnya, sedangkan Mas membersihkan museum Ranger miliknya karena sudah lama tidak tersentuh.
"Loh.. harusnya mereka disini." Mas juga bingung.
"Kan aku bilang apa. Ganti-gantian jaga mereka, Mas. Aku udah bilang kan tadi ada kelas." Vanessa mengomeli Mas, sedangkan Mas hanya menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Kamu habis ngapain kok kotor gitu wajahnya?" Tanya Vanessa dengan bingung.
"Mas bersihin museum Ranger, hehe." Mas cengengesan.
Vanessa menghela napasnya. "Cepetan cari mereka! Kamu ini malah lebih milih bersihin museum dibandingkan jagain anaknya. Aku bakar yang ada koleksi kamu itu."
"Lagian, bukannya sekalian packing, besok kan berangkat. Kamu belum packing baju, kan? Masa harus aku terus yang turun tangan?" Sepertinya Vanessa lagi mood sekali mengomelinya. Raut wajah istrinya itu begitu kesal.
"Kena lagi kena lagi." Ucap Mas kepada dirinya sendiri.
"Salah terus.." Gumam Mas.
"Galak banget yak? Bukan ibu peri lagi tapi ibu lampir." Gumam Mas lagi.
"Kamu ngomong apaan?" Tembak Vanessa dengan tatapan sinis.
"Hah? Nggak ada, sayang." Ucap Mas dengan kalang kabut.
"Serem banget ternyata kalau ngomel, tapi candu juga lihatnya." Gumam Mas dengan kekehannya.
Mas dan Vanessa memutuskan untuk mencari anak kembarnya di rumah mereka yang cukup luas itu. Mereka sudah mencari-cari hingga ke lantai dua, ruang kerja Mas dan juga Vanessa. Kamar Naira dan Rafa juga kosong, tidak ada mereka disana. Mas dan Vanessa sudah gugup dan deg-degkan, karena biasanya, jika Rafa dan Naira diam tak bersuara, pasti mereka sedang melakukan experience yang tidak akan pernah bisa Mas dan Vanessa tebak.
Terakhir, tiga hari yang lalu, Naira membuka kulkas dan menumpahkan satu botol kecap dan saus tomat. Anak gadisnya itu berlumur kecap dan saus tomat dari atas sampai bawah. Tidak hanya itu saja, iPad yang tidak sengaja Mas letakkan di lantai ruang tengah karena ia tinggal sebentar ke toilet di sela-sela rapat bersama tim Paspampres dan Staff ADC Bapak. Siapa sangka anak gadisnya itu memegangnya sambil mengayun-ayunkan iPadnya Papanya itu sembari menonton kartun little pony di TV ruang tengah. Memang saat itu Mas rapat sembari menemani anak gadisnya menonton kartun little pony.
Tanpa Mas dan Vanessa bayangkan, sepertinya tangan anak gadisnya itu tidak terkendali dengan baik hingga iPad yang biasa Mas bawa untuk kerja itu kelempar dan melayang hingga TV ruang tengah mereka yang cukup besar itu retak dan mati total. Sedangkan Rafa menumpahkan minyak goreng yang memang salah Vanessa yang lupa menutupnya setelah memasak.
Kali ini apa lagi? Tidak ada yang tahu.
"Mas beneran takut, sayang." Mas sudah keringat dingin.
"Apalagi aku, Mas. Kemarin banget Naira pecahin skincare aku di meja rias yang harganya bikin aku mau pingsan." Vanessa ikutan panik. Ia ingat sekali bagaimana Naira memecahkan skincare-nya yang sengaja dia hemat gunakan karena harganya memang cukup mahal. Melihat itu, Vanessa hanya speechless tanpa bisa memarahi anaknya.
Mereka berdua masih belum menemukan kedua anaknya, pasti tidak akan keluar rumah karena pagar rumah mereka yang tinggi dan selalu digembok. Pasti ada di salah satu tempat lain di rumah ini. Mas terus mencari ke ruang tamu, siapa tahu mereka ada disana, sedangkan Vanessa mencoba mencari mereka di halaman samping rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.