"Kakak.."
"Papa boleh masuk?" Ucap Mas setelah mengetuk pintu kamar anak gadisnya.
Tidak ada jawaban dari Naira, Mas langsung membuka pintu kamar Naira dan melihat anak gadisnya itu tengah tiduran sembari menonton film barbie di ipadnya.
Naira sepertinya menyadari kehadiran Papanya tapi ia tidak peduli dan tidak mau tahu.
"Nggak sakit matanya nonton sambil tiduran gitu?" Tanya Mas yang kini duduk ditepi ranjang Naira.
Naira pura pura tidak mendengar, ia hanya fokus menonton film barbie tanpa memedulikan omongan Papanya.
"Jennaira.." Panggil Mas lagi, Mas tahu anaknya tengah merajuk dan masih marah kepadanya. Makanya Mas berusaha untuk merayu Naira agar anak gadisnya itu mau memaafkannya.
"Iya apa?" Ucap Naira dengan malasnya.
"Masih marah?"
"Iya."
"Nggak mau maafin Papa?"
Naira terdiam, seakan bibirnya dikunci rapat rapat agar tidak mengatakan yang tidak sesuai dengan hati dan pikirannya. Papanya tengah menatapnya dengan lembut, sedangkan Naira menatap Papanya saja malas.
"Naira, Papa minta maaf ya?"
Berkali kali Mas mengajak Naira agar anak gadisnya bersuara, tetapi Naira tetap diam tak berkutik. Memang susah untuk merayu Naira yang sedang marah dan kesal.
"Kamu mau apa? Papa beliin. Kita beli sekarang. Asal Naira maafin Papa. Papa sedih kalau Naira masih marah sama Papa." Ucap Mas dengan lembutnya.
"Seingat Papa, kamu pengen tas kayak Kak Cilla ya? Ayo Papa beliin, kita ke mall." Ajak Mas yang masih terus berusaha.
Naira menggeleng.
"Mau jajan manis manis? Untuk kali ini Papa izinin. Kamu boleh makan atau minum yang manis manis hari ini sepuasnya." Ucap Mas lagi.
"Nggak mau." Tolak Naira.
"Atau mau main timezone?"
Naira menggeleng lagi.
"Hm.. mau keliling naik MRT nggak? Terus kita kulineran di Blok M kayak dulu?" Tanya Mas lagi.
"Nggak, Pa." Tolak Naira lagi.
Mas hampir menyerah, semua hal yang disukai dan keinginan anak gadisnya itu terus mendapat penolakan darinya.
"Nah, gimana kalo nanti habis Magrib kita olahraga keliling GBK? Terus kita makan sate taichan kesukaan kamu? Gimana mau?" Tanya Mas kali ini berharap Naira menyetujuinya.
"Males, Pa." Tolak Naira lagi.
"Yaudah, sekarang Papa balikin. Kamu lagi kepengen apa?" Tanya Mas yang tetap bersabar menghadapi Naira yang sudah badmood parah.
"Aku lagi nggak kepengen apa apa, Papa. Aku lagi nggak mau diganggu." Ucap Naira dengan jujurnya.
"Kenapa sayang? Ada apa? Nggak mau cerita?" Tanya Mas yang semakin mendekat duduknya.
"Papa disini bikin kamu risih ya?" Tanya Mas yang kedua kalinya.
"Nggak, bukan itu." Naira menggeleng.
"Terus anak cantik Papa kenapa?"
"Aku takut." Ucap Naira tiba tiba.
"Karena?"
"Takut Papa pergi dan hilang." Mas sedikit bingung dengan perkataan anaknya. Hal apa yang membuat Naira tiba tiba mengatakan seperti itu?
"Papa disini, nggak kemana mana. Apa yang kamu takutin?" Tanya Mas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.